SuaraJatim.id - Penolakan sebagian warga Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi terhadap usaha pertambangan emas di wilayah tersebut memasuki babak baru. Setelah tambang emas Gunung Tumpang Pitu di lokasi yang sama berproduksi lebih dari dua tahun, kini Gunung Salakan menjadi fokus warga yang yakin perusahaan tambang tengah memulai tahap menuju penambangan.
Telah enam hari warga yang didominasi penduduk Dusun Pancer, berkemah bersama di tenda terpal yang didirikan menggunakan bambu dan tali di tepi jalan desa. Dari sana memandang ke utara akan nampak barisan bukit hijau, yang dikenal di depannya dikenal dengan sebutan Bukit Gendruwo. Sementara di belakangnya ada bukit dengan puncaknya lebih runcing yang disebut Gunung Salakan.
Orang-orang datang dan pergi, duduk-duduk sambil berbincang, kadang makan bersama, di tenda yang berada di sudut bekas komplek tambak itu. Di depannya ada gang masuk ke utara yang dilengkapi rambu-rambu petunjuk jalur evakuasi bencana dan bisa digunakan menuju Gunung Salakan. Satu lagi jalur ke Salakan sekitar 200 meter ke arah barat atau menuju destinasi Pantai Mustika.
"Itu waktu ada gempa empat kali (Juli 2019), kami kan larinya ke situ," kata Adin (30) salah satu warga Pancer yang berjaga di tenda.
Baca Juga: Sejumlah Lubang Tambang Emas Ilegal di Lebak Dipasangi Garis Polisi
Dia menjelaskan, warga menganggap Gunung Salakan dan barisan bukit di sekitarnya sebagai harapan terakhir tempat evakuasi bila terjadi bencana tsunami. Lantaran, Gunung Tumpang Pitu yang menjadi benteng di garis pantai telah ditambang. Sebagian warga Desa Sumberagung, terutama Dusun Pancer, masih mengingat dahsyatnya tsunami tahun 1994 yang menewaskan 229 orang saudara dan tetangga mereka.
Adin mengatakan sejak awal warga mendirikan tenda, setiap hari mereka mengadang kelompok orang yang ingin menuju Gunung Salakan, kecuali hari keenam ini. Sebelumnya, setiap hari jumlah orang yang mereka hadang di dua jalur itu semakin bertambah, termasuk personel kepolisian yang mengawal.
"Kami masih sedikit, kami langsung ikut ke arah yang ke barat dan ke arah yang ke timur. Habis itu di situ kami adang, kami bilang setop jangan jalan, tapi tetap berjalan. Akhirnya, ya sampai ramai kayak gitu," kenang nelayan itu saat hari pertama penghadangan.
Selain antisipasi menghadapi bencana, dia mengaku kini mencari ikan di laut semakin sulit setelah Gunung Tumpang Pitu ditambang. Bila dahulu melaut dua hari ikan sudah penuh di perahunya, kini butuh waktu empat hari karena stok ikan semakin menjauh dari darat. Pun pengeluaran untuk bahan bakar minyak (BBM) juga meningkat dari Rp 2 juta menjadi Rp 8 juta untuk sekali berangkat, saat ini.
Beberapa orang warga yang ditemui Suara.com tidak bersedia diwawancara. Beruntung Adin mau menceritakan kondisi mereka yang juga mendapatkan sumbangan bahan makanan dan obat dari warga lain.
Baca Juga: Biang Kerok Bencana Lebak, Jokowi Perintahkan Tambang Emas Ilegal Disetop
Dari dua tenda yang terpasang, salah satunya menjadi dapur umum. Mereka bertahan di tengah angin kencang musim hujan seperti itu untuk melindungi perbukitan di belakang pemukiman.
Berita Terkait
-
Sempat Disandera OPM 2 Hari, Kepala Dusun Muara Kum dan Istri Berhasil Dievakuasi Pakai Helikopter
-
Film Horor 'Pembantaian Dukun Santet' Diangkat dari Thread Viral, Ini Ceritanya!
-
Selain Ketupat, Ini 4 Tradisi Lebaran yang Masih Hidup di Banyuwangi
-
Dulu Calon Bintang Timnas Indonesia, Jagoan Indra Sjafri Malah Ditendang Klub Kasta Terbawah
-
Kronologi Penolakan Film Lemah Santet Banyuwangi, MD Pictures Tarik Materi Promosi
Terpopuler
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Robby Abbas Pernah Jual Artis Terkenal Senilai Rp400 Juta, Inisial TB dan Tinggal di Bali
- Profil Ditho Sitompul Anak Hotma Sitompul: Pendidikan, Karier, dan Keluarga
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- Ini Alasan Hotma Sitompul Dimakamkan dengan Upacara Militer
Pilihan
-
Jordi Amat dan Saddil Ramdani Main di Persib? Ini Prediksi Pemain yang Bakal Tergusur
-
Singgung Prabowo Subianto, Ini Respon Jokowi Soal Isu Matahari Kembar
-
Jamaah Haji Indonesia Jadi Panutan, Disebut Paling Tertib di Dunia
-
LG Batalkan Investasi Baterai EV di Indonesia Senilai Rp130 Triliun
-
Warga Pilih Beli Emas Batangan, Penjualan Emas Perhiasan Turun di Pekanbaru
Terkini
-
Dokter di Malang Diduga Cabuli Pasiennya, Polisi Turun Tangan
-
Gubernur Khofifah : Perempuan Harus Jadi Pilar Ketangguhan Bangsa di Tengah Krisis Global
-
Rizki Sadig Kembali Pimpin PAN Jawa Timur
-
Pemprov Jatim Siap Urus Penerbitan Ulang Ijazah Pekerja Ditahan, Gubernur Khofifah: Solusi Konkret
-
Penyelenggara Barati Cup International 2025 Buka Suara Perihal Kisruh Jadwal Pertandingan