Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 20 April 2020 | 16:00 WIB
Fathurrahman (39) guru di SDN Batuputih Laok III keliling kampung mendatangi muridnya satu persatu untuk mengajar. (BeritaJatm)

“Saya berkeliling, menemui satu persatu murid saya di rumahnya. Dalam satu hari, saya bisa mengajar sekitar 8 murid di rumahnya masing-masing,” terangnya.

Cerita Fathorrahman mengajar berkeliling dari satu rumah ke rumah lain ia posting di akun facebook (FB) miliknya dengan nama akun ‘Avan Fathurrahman’. Postingan itupun langsung viral. Setidaknya sudah 11 ribu kali postingan itu dibagikan dan 23 ribu like.

Berikut cuplikan postingan di FB Avan Fathurrahman :

Ternyata saya belum jadi guru yang baik.

Baca Juga: Isolasi di Rumah, Kondisi Terbaru Kakak Adik Positif Corona di Sawah Besar

Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid.

Beberapa minggu yang lalu, ada salah seorang wali murid yang bilang ke saya, bahwa akan mencari pinjaman uang untuk membeli smartphone. Karena mendengar kabar bahwa rata-rata, anak-anak harus belajar dari HP cerdas. Saya terkejut mendengar penuturannya. Lalu pelan-pelan saya bicara. Saya melarangnya. Saya memberikan pemahaman bahwa belajar di rumah, tidak harus lewat HP. Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah. Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari.

Lega.
Ada raut kegembiraan di wajahnya.

Jadi, di masa pandemik ini, saya memang harus keliling ke rumah-rumah siswa, setidaknya 3 kali dalam seminggu. Medan yang saya tempuh juga lumayan jauh. Selain jarak antar rumah siswa memang jauh, jalan menuju ke masing-masing rumah siswa bisa dibilang kurang bagus. Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke salah satu rumah siswa.

Saya sadar ini melanggar imbauan pemerintah agar tetap bekerja dari rumah. Tapi mau gimana lagi? Membiarkan siswa belajar sendiri di rumah tanpa saya pantau, jelas saya kurang sreg. Bukan tidak percaya pada orang tua mereka. Tapi saya tahu, bahwa sekarang mereka sibuk. Ini masa panen padi.

Baca Juga: Seminggu Dirawat di RS karena Corona, Wali Kota Tanjungpinang Masih Koma

Setiap hari orang tua siswa itu harus bekerja ke sawah. Ikut gotong-royong panen padi dari tetangga yang satu ke tetangga yang lain. Kebiasaan ini mereka bilang “otosan”. Jadi anak-anak harus belajar sendiri. Malam, mereka ke langgar. Maka sayalah yang harus hadir untuk mendampingi mereka begiliran meski sebentar. Menjelaskan materi, Memberikan petunjuk tugas, mengoreksi tugas yang diberikan sebelumnya, termasuk memberikan apresiasi pada pekerjaan mereka.

Load More