Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Minggu, 03 Mei 2020 | 18:31 WIB
Suasana Kampung Wonocolo, Surabaya yang menjadi sentral berburu takjil, masih ada saja warga yang tak menggunakan masker. (Suara.com/Achmad Ali)

SuaraJatim.id - Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di Surabaya, ternyata masih belum mampu menyadarkan warganya akan bahaya virus corona (Covid-19). Buktinya, masih banyak tempat-tempat di Kota Pahlawan itu yang masih menjadi tempat berkumpulnya orang.

Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per tanggal 2 Mei 2020, Surabaya menduduki peringkat pertama se Jawa Timur dengan 495 orang dinyatakan positif corona, 84 sembuh dan 67 meninggal.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut, angka tersebut lebih tinggi dari Kota Bandung yang berjumlah 189 kasus, Depok 73 kasus, dan Bogor 83 kasus.

"Jadi angka kasus Covid-19 di Surabaya ini tinggi sekali dibanding Bandung, Depok, dan Bogor," ujar Khofifah di Mapolrestabes Surabaya, Sabtu (2/5/2020) malam.

Baca Juga: Ada Pedagang Tewas Positif Corona, Pasar Jojoran I Surabaya Ditutup 14 Hari

Untuk itu, Khofifah meminta warga Jatim, khususnya Surabaya, tidak menganggap enteng penyebaran Covid-19.

"Penyebaran virus ini sangat masif sekali, jangan anggap remeh, jangan anggap enteng," ucap Khofifah menambahkan.

Hasil pantaun Suara.com di Surabaya, setidaknya ada lima tempat yang rawan menjadi tempat penyebaran virus corona karena kerap dijadikan tempat warga berkumpul.

Di antaranya adalah warung kopi, penjual takjil dadakan, warung atau rumah makan, pembagian sembako gratis dan musala yang masih mengadakan salat berjemaah tanpa mengindahkan protokol kesehatan terkait virus corona.

Di daerah Wonocolo Surabaya misalnya, warung kopi hingga penjual takjil dadakan masih menjadi sentral berkerumunnya orang tanpa mengindahkan jarak fisik (physical distancing) seperti anjuran pemerintah.

Baca Juga: Nongkrong di Warkop Gresik saat PSBB Surabaya Raya, Langsung Positif Corona

Kesadaran menggunakan masker pun masih banyak diabaikan warga setempat. Tak sedikit warga yang hendak membeli makanan untuk persiapan berbuka puasa tidak mengenakan masker. Entah lupa atau enggan memakai masker.

Hal itu banyak dijumpai hampir setiap sore hari menjelang waktu buka puasa. Mulai pukul 15.00 WIB, penjual mulai menata lapak dagangannya. Baru sekitar pukul 16.00 WIB, pembeli mulai memadati jalan.

Kondisi itu saat ini tengah jadi buah bibir di kalangan masyarakat, terutama warga yang takut dan memilih tidak membeli takjil atau menu berbuka puasa di sentral penjual takjil dadakan di kampung Gubernur Jatim Khofifah Indarparawansa itu.

Kondisi itu pun memaksa para ketua RT yang tergabung di RW V dan RW IV dengan dibantu Linmas menertibkan pembeli yang datang. Mereka mengimbau agar masyarakat sadar akan bahaya virus corona, terlebih Surabaya sudah ditetapkan sebagai zona merah dan menerapkan PSBB.

"Ayo ibu-ibu dan bapak-bapak juga semua yang mau beli takjil diharapkan memakai masker dan jaga jarak," bunyi imbaun yang keluar dari pengeras suara.

Tak hanya imbauan, kumpulan ketua RT itu juga memberhentikan warga lalu diberi masker secara cuma-cuma, apabila ada warga yang datang tak bermasker.

Kontributor : Achmad Ali

Load More