Penelitian Ecoton dilakukan tahun lalu. Sampel yang diteliti berjumlah 103 ekor dari sembilan jenis ikan khas Kali Brantas, di antaranya bader merah, bader putih, lokas, muraganting, rengkik, keting atau lundu, jendil, dan montok.
"Yang menarik dari penelitian saya itu adalah jenis ikan harbivora kayak bader, itu lebih tinggi kandungannya (mikroplastik) dibanding ikan yang lain," kata Andreas.
Penyebab ikan herbivora di Kali Brantas kandungan mikroplastik di saluran pencernaannya lebih tinggi karena mereka memakan tanaman yang telah tercemar atau sudah ditempeli mikroplastik.
"Si mikroplastik itu kan melayang-layang dan biasanya nempel di tanaman-tanaman. Maka si hewan yang memakan tanaman, yang herbivora kandungan mikroplastiknya lebih tinggi dibanding hewan yang karnivora," jelasnya.
Menurut Andreas, ikan yang di saluran pencernaannya terdapat mikroplastik berbahaya bila dikonsumsi manusia. Memang manusia yang mengonsumsinya tidak akan merasakan dampaknya seketika, namun akan terasa di kemudian hari.
"Karena mikroplastik yang membawa (mengikat) bahan-bahan berbahaya seperti logam berat, pencemaran, pestisida, terus zat endocrine dusrupting chemicals yang ada di sana, itu akan berada di sistem tubuhnya si ikan," ujarnya.
"Pada akhirnya ketika manusia makan (ikan yang terpapar mikroplastik), itu juga akan memasukkan bahan kimia itu ke tubuh manusia," sambung alumnus S2 Biologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut.
Untuk diketahui, mikroplastik terbagi dalam dua jenis, primer dan sekunder. Mikroplastik primer ialah mikroplastik yang sengaja dibuat oleh industri, sedangkan mikroplastik sekunder merupakan hasil disrupsi atau penghancuran plastik besar.
Ukuran mikroplastik berada di bawah lima milimeter dan termasuk material berbahaya. Selain karena mengandung ftalat yang biasanya digunakan sebagai pelentur plastik, mikroplastik bersifat mengikat material di sekitarnya.
Baca Juga: HOROR! 72 Persen Ikan di Kali Brantas Jawa Timur Makan Plastik
Kontributor : Usman Hadi
Tag
Berita Terkait
-
Polusi Plastik Mengancam Pesisir, Bagaimana Partisipasi Publik Jadi Solusi?
-
Terobosan Baru! Bagaimana Bakteri Bisa Dipakai untuk Mendeteksi Mikroplastik?
-
BRIN dan IOCAS Mulai Riset Laut Jangka Panjang, Soroti Polusi Plastik dan Arus Global
-
Nanoplastik Menyusup ke Tubuh, Mengapa Dunia Perlu Perjanjian Plastik yang Mengikat?
-
Sampah Mikro di Laut Jawa Mengancam Nelayan dan Ekosistem Pesisir
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Menteri PU: Semua Bangunan Pondok Pesantren Akan Dievaluasi
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: DPRD Jatim Ingatkan Pemprov Bisa Gunakan Dana Cadangan
-
Hotel Dekat Island Hospital Penang yang Nyaman untuk Keluarga
-
Nelayan Jatim Terjepit Harga Solar: Pemprov Harus Segera Bertindak
-
Angin Kencang Terjang Lumajang, 4 Rumah Rusak Berat