SuaraJatim.id - Setiap musim kemarau air menjadi barang langka di Desa Pacuh dan sekitarnya. Banyak diantara mereka sampai membeli air untuk kebutuhan setiap hari maupun pertanian.
Bahkan waduk desa yang biasanya menjadi andalan warga dan petani setiap musim kemarau, kini airnya malah surut. Waduk seluas 13 hektar di Jawa Timur ini kini tidak lagi bisa mengairi persawahan.
Banyak diantara mereka hanya bisa melakukan dua kali panen dalam setahun. Penyebabnya karena waduk surut, sehingga petani kesulitan mencari sumber air. Maklum, di daerah Gresik Selatan, meliputi Kecamatan Balongpanggang, Benjeng dan sekitarnya ketika musim kemarau berpotensi kekurangan air.
Kondisi itu dibenarkan oleh Kasun Dusun Pacuh Heri saat ditemui di kediamannya, Jum'at (24/7/2020). Menurutnya, waduk yang memiliki kedalaman 3 meter itu tidak bisa diandalkan ketika musim kemarau datang. Petani harus mencari akal agar lahan tetap bisa produktif.
Baca Juga: Kekeringan sejak Awal Juni, Gunungkidul Tetapkan Status Tanggap Darurat
"Bagi petani yang mampu, di musim kemarau air bisa didapatkan dari membeli. Tapi yang tidak mampu, terpaksa tidak menggarap lahannya," kata Heri saat ditemui.
Biasanya, petani Desa Pacuh memanen hasil taninya sebanyak tiga kali dalam setahun. Dua kali panen padi satu kali panen kangkung. Untuk masa kemarau biasanya petani menanam tumbuhan yang tidak membutuhkan banyak air.
"Kalau tahun ini petani masih bisa bernafas. Tanaman kangkung menjadi pilihan karena tidak membutuhkan air banyak," terangnya.
"Semoga saja hujan tahun ini tidak terlambat seperti tahun kemarin. Sebab daerah kami yang kekurangan air, hujan menjadi berkah. Banyak warga mengandalkan dari air hujan," terangnya lagi.
Sedangkan asal mula adanya Waduk Desa Pacuh itu, disebutkan Heri sejak tahun 70-an. Saat itu ABRI masuk desa dan membuat waduk untuk kebutuhan pengairan. Namun lambat laun, waduk desa diambil alih oleh Pemda Gresik pada tahun 2015. Pengalihan kepemilikan itu karena kos anggaran pemelihaan waduk sangatlah tinggi. Desa tidak memilki dana untuk perawatannya.
Baca Juga: Potret Ngenes Zimbabwe, Hadapi Pandemi Dalam Kelaparan dan Kekeringan
"Setahu saya begitu. Namun yang menjadi kendala saat ini, pintu waduk rusak. Akibatnya waduk tidak bisa menyimpan air dalam kondisi lama," jelasnya.
Berita Terkait
-
Daftar Perusahaan Pupuk Palsu, Bikin Petani Rugi Hingga Rp3 Triliun
-
Cara Perusahaan BUMN Sulap Desa jadi Kawasan Industri Holtikultura Modern
-
Kawasan Wakaf Pertanian Produktif Dompet Dhuafa
-
Agroteknologi Belajar Apa? Latar Belakang Pendidikan Melody Laksani Dinilai Cocok Bantu Kementan
-
Apakah Petani Milenial Digaji? Nominal Menggiurkan Bisa Tembus Double Digit!
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
-
Jangan Lewatkan! Amalan Malam Jumat untuk Perlindungan dari Fitnah Dajjal
-
Setelah Pilkada, Harga Emas Antam Meroket Jadi Rp1.513.000/Gram
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
Terkini
-
Cerita Detik-detik 5 Warga Pamekasan Meninggal Diduga Keracunan Gas Sumur
-
Tim Risma-Gus Hans Percaya Diri Jagoannya Unggul 5 Persen dari Khofifah-Emil
-
Menang di Kampung Halaman, Emil Dardak Tak Sia-sia Pulang Sebelum Coblosan
-
Kronologi Truk Box Terbakar di Ngawi: Sopir Sempat dengar Suara 'Duks'
-
Khofifah-Emil Dardak Unggul Versi Hitung Cepat, Jokowi Beri Pesan Khusus