Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Selasa, 28 Juli 2020 | 21:33 WIB
Beras bantuan dari Jokowi yang berkutu. (Suara.com/Amin)

Mestinya mereka punya produk sendiri. Bukan dari mengancam,” jelasnya.

Padahal sesuai aturan dari Kemensos pembelanjaan BPNT harus dicairkan melalui e-warung.

Yaitu seseorang memiliki usaha toko kelontong yang bertempat di area tinggal keluarga penerima manfaat (KPM).

Namun ternyata anjuran itu tidak dilaksanakan. Di Gresik sendiri hingga kini tidak ada e-warung. Pembagian disalurkan melalui agen-agen, dengan disuplai dari supplier program.

Baca Juga: KPK Terima 824 Aduan Bansos Corona, Paling Banyak di Jakarta

Selain itu, dalam aturan KPM boleh memilih bahan makanan yang akan diambil.

Faktanya, sembako sudah dalam bentuk paketan. Jadi KPM tidak bisa memilih jika bahan makanan itu berkualitas buruk dan tidak layak konsumsi.

Seperti yang diterima JM, KPM dari wilayah Cerme. Ia menerima bantuan sembako sudah dalam bentuk paketan.

Ia mendapatkan, beras 15 Kg merk Rojo Lele, telur 10 butir atau 1/2 kg, kentang 1/4 isi 6, sayur manusan 2 buah, jeruk 1 kg, dan kacang ijo 1/4 kg. Dengan buruknya kualitas beras, JM menduga beras tersebut jika disamakan dengan harga toko kelontong harganya sangat rendah, sekitar Rp 8.500 per kilogram.

Temuan-temuan di lapangan itu lah yang menarik perhatian Polres Gresik. Unit Tipikor Satreskrim Polres Gresik sampai memanggil pihak Dinas Sosial (Dinsos) Gresik.

Baca Juga: Rawan Korupsi, Beberapa LSM Desak Bansos Corona Diganti Jadi BLT

Pemanggilan tersebut berkaitan dengan penyaluran BPNT yang diduga terdapat berbagai permasalahan.

Load More