SuaraJatim.id - Selain dikenal objek wisata alamnya, Kepulauan Bawean ternyata menyimpan banyak cerita zaman penjajahan era Belanda. Pulai ini menjadi titik nol atau tempat persiapan para tentara Belanda untuk menyerang pulau Jawa.
Pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 120 kilometer sebelah utara Kabupaten Gresik ini, menjadi tempat tentara penjajah mengisi amunisi perang sebelum menyerbu Pulau Jawa.
Sampai saat ini, sisa-sisa benteng yang menjadi peninggalan pemerintahan kolonial masih terlihat berdiri megah.
Bangunan itu terletak di Kecamatan Sangkapura, tidak jauh dari pelabuhan Bawean.
Baca Juga: Kisah Kejam Perawat Cantik Ditusuk di Jalan karena Tolak Lamaran Dosen
Sampai saat ini, bekas benteng masih difungsikan sebagai pesanggrahan, atau rumah peristirahatan para pejabat yang berkunjung di Pulau Putri tersebut.
Belanda sebelum ke Nusantara menyerang Jakarta, Batavia, sudah lebih dulu mendirikan pusat administrasi dan markas dibawah kepemimpinan Cornelis de Houtman pada tahun 1595 M di Bawean,” kata Sejarawan Bawean Burhanuddin Asnawi saat berbincang dengan SuaraJatim.id, Minggu (9/8/2020).
Posisi yang strategis di Laut Jawa membuat Belanda menjadikan Kepulauan Bawean sebagai benteng sebelum menyerang Jawa.
Yakni dengan menyiapkan logistik, mengisi bahan bakar, dan sembunyi dari badai. Ditambah jalur Nusantara pasti melewati kepuluan ini.
“Pertama kali Belanda ke sini itu mereka bersinggah di pantai Lebak. Itu kenapa tentara penjajah menyebut pulai ini bukan Bawean. Melainkan pulau Lubeck karena pertama yang disinggahi,” jelasnya.
Baca Juga: Terungkap! Misteri Pembunuhan Kejam Intan, Perawat Cantik Bima Berhijab
”Belanda merebut Bawean dari kerajaan Mataram di bawah Kesultanan Solo. Karena saat itu pusat pemerintahan Jawa ada di sana,” jelasnya lagi.
Penulis buku ‘Ulama Bawean dan Jejaring Keilmuan Nusantara abad XIX-X’ itu juga menuturkan, setelah singgah di pulau tersebut dan menaklukkan penduduk setempat, Belanda membuat benteng dan pusat administrasi. Bangunan itu saat ini lebih dikenal sebagai tempat pesanggrahan.
Lalu, apa respon penduduk setempat terkait datangnya penjajah di tempat mereka. Asnawi menjelaskan, warga Bawean kebanyakan tidak melawan atau memberontak.
Mereka pasrah dengan kedatangan tamu asing tanpa undangan itu.
Akibatnya sebagian dari penduduk setempat, dipekerjakan paksa oleh tentara penjajah ke luar pulau.
Sedangkan sebagian penduduk lagi, seperti perempuan dipaksa menganyam tikar untuk dipamerkan ke Belanda.
“Terkait orang yang gugur di kemerdekaan ada banyak, hanya saja belum lengkap ceritanya karena memang terbagi di beberapa desa di Pulau Bawean,” tuturnya.
Kontributor : Amin Alamsyah
Berita Terkait
Terpopuler
- Nyaris Adu Jotos di Acara TV, Beda Pendidikan Firdaus Oiwobo Vs Pitra Romadoni
- Indra Sjafri Gagal Total! PSSI: Dulu Pas Shin Tae-yong kan...
- Nikita Mirzani Tak Terima Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara: Masa Lebih Parah dari Suami Sandra Dewi
- Kini Jadi Terdakwa Kasus Pencemaran Nama Baik Hotman Paris, Iqlima Kim Dapat Ancaman
- Minta Maaf Beri Ulasan Buruk Bika Ambon Ci Mehong, Tasyi Athasyia: Harusnya Aku Gak Masukkan ke Kulkas
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Rp 6 Jutaan Terbaru Februari 2025, Kamera Andalan!
-
Pandu Sjahrir Makin Santer jadi Bos Danantara, Muliaman D Hadad Disingkirkan?
-
Alat Berat Sudah Parkir, Smelter Nikel PT GNI yang Diresmikan Jokowi Terancam Tutup Pabrik
-
Sah! OJK Cabut Izin Usaha Jiwasraya, Tak Singgung Nasib Nasabah
-
Jokowi Sentil Megawati Usai Larang Kepala Daerah PDIP Ikut Retreat
Terkini
-
Aksi Indonesia Gelap di Surabaya, Massa Aksi Tolak Anggota Dewan Hingga Melempar Botol Minuman
-
Usai Dilantik, Gubernur Khofifah Langsung Pimpin Rapat Rumuskan Program Prioritas Rumah Murah hingga Ketahanan Pangan
-
Demokrat Jatim Solid Dukung AHY Jadi Ketum Lagi, Emil Dardak Ungkap Alasannya
-
Bapak Kandung yang Diduga Cabuli Anaknya Sendiri Akhirnya Diamankan Polisi
-
Ucapkan Selamat ke Khofifah-Emil, Fraksi Demokrat DPRD Jatim Siap Sukseskan Program di Periode Kedua