Budi Arista Romadhoni
Senin, 08 September 2025 | 21:32 WIB
Ketua Umum Kadin Jawa Timur Adik Dwi Putranto di Surabaya, Senin (8/9/2025). [ANTARA/HO-Kadin Jatim]
Baca 10 detik
  • Reshuffle perdana Prabowo bikin IHSG anjlok 1,28%.
  • Pasar cemas atas hilangnya figur Sri Mulyani.
  • Saham rokok malah menguat, harap kebijakan baru.
[batas-kesimpulan]

SuaraJatim.id - Keputusan Presiden Prabowo Subianto melakukan perombakan atau reshuffle kabinet perdananya langsung disambut reaksi negatif oleh pasar keuangan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat rontok 100,49 poin atau 1,28 persen ke level 7.766 pada penutupan perdagangan, Senin (8/9/2025).

Kalangan pengusaha menilai, kecemasan investor ini merupakan respons wajar, terutama akibat hilangnya figur Sri Mulyani Indrawati dari posisi krusial sebagai Menteri Keuangan.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto, menyatakan bahwa para investor saat ini mengambil sikap menunggu (wait and see) untuk memahami arah kebijakan ekonomi dari para menteri baru.

Menurutnya, tujuan perombakan kabinet ini sejatinya adalah untuk efisiensi dan penguatan kinerja pemerintahan.

‎“Tujuan reshuffle kabinet jelas untuk meningkatkan efisiensi dan memperkokoh kinerja pemerintahan terutama dalam mendorong perekonomian nasional. Jadi reaksi pasar yang turun sementara ini hal biasa,” kata Adik Dwi Putranto di Surabaya, Senin (8/9/2025)

Sorotan utama pelaku pasar dan pengusaha tak lain tertuju pada kursi Menteri Keuangan. Sosok Sri Mulyani, yang dikenal sangat disiplin dan prudent dalam mengelola kebijakan fiskal, telah membangun reputasi kuat di mata investor domestik maupun global.

Kehati-hatian dan kebijakan fiskal yang ketat selama masa jabatannya dianggap sebagai jangkar stabilitas ekonomi Indonesia.

“Begitu terjadi pergantian, wajar kalau pasar bereaksi negatif dulu. Investor masih menunggu arah kebijakan dari Menteri Keuangan yang baru. Intinya, kepercayaan pasar harus segera dibangun kembali,” katanya.

Baca Juga: Prabowo Sindir Isu Retak dengan Jokowi: Lucu Juga, untuk Bahan Ketawa Boleh

Adik mengingatkan bahwa Menteri Keuangan yang baru mengemban tantangan besar.

Ia dituntut untuk menjaga defisit fiskal tetap terkendali di level 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sembari mengejar target ambisius pertumbuhan ekonomi di angka 6-6,5 persen pada 2026.

Menurutnya, target tersebut hanya bisa tercapai jika kebijakan fiskal tetap kredibel, disiplin, dan pro-pertumbuhan.

“Kepercayaan investor harus dijaga. Kalau kepercayaan sudah pulih, dana asing akan masuk kembali ke Indonesia,” katanya.

Harapan Baru Industri Rokok dan Sektor UKM

Di tengah sentimen negatif yang melanda bursa, sektor industri hasil tembakau (IHT) justru menunjukkan anomali dengan mencatatkan penguatan saham.

Load More