Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 19 Agustus 2020 | 20:51 WIB
Pembajak sawah, Darsan, warga Desa Jetak, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. (Suara.com/Andri)

"Cek cek cek. Her! Her! Her!" suaranya saat membajak.

Agar tanah cepat terurai, di sela ke dua ekor sapi dia pasang alat yang terbuat dari kayu jati. Darsan menyebutnya rakal.

Karena mahir mengendalikan dua ekor hewan ternaknya itu, Darsan hanya perlu setengah hari untuk membajak.

"Tidak sampai sehari ini (lahan yang perlu dibajak) selesai," jelasnya.

Baca Juga: Tak Setuju Belajar Online, Rektor UIN SUKA: Pendidikan Itu Merajut Relasi

Jika sudah selesai membajak, Darsan biasa melepaskan ke dua sapinya itu untuk kembali ke rumah sendiri.

"Beneran. Pulang sendiri-sendiri. Hafal ini (sapi-sapi). Sedangkan upah dari pekerjaan ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari termasuk kuota internet," terangnya.

Dia berangkat selepas subuh untuk mengerjakan lahan milik tetangganya ini. Menggiring sapi-sapinya sambil menenteng tas berisi bekal sarapan seadanya.

Sementara di rumah yang tidak jauh dari lahan garapan ini, dia tinggal bersama 7 orang anggota keluarga.

Pembajak sawah, Darsan, warga Desa Jetak, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. (Suara.com/Andri)

"Ke dua orangtua tinggal bersama saya, istri dan ke tiga anak," akuinya.

Baca Juga: Survei SMRC; 92 Persen Pelajar Indonesia Kesulitan Belajar Online

Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya di tengah pandemi Covid-19 dia bekerja sangat keras.

Load More