Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 21 Agustus 2020 | 17:28 WIB
Alun-Alun Suroboyo di Balai Pemuda. (Antara)

"Kalau sekarang anak-anak bisa dia pentas di situ, ludruk juga bisa pentas di situ, itu kan sangat bagus. Misalkan ada tamu dia ingin lihat ludruk, ingin lihat wayang orang atau Srimulat itu bisa terjadwalkan dengan adanya plaza itu. Terus anak-anak juga bisa berkumpul di situ," ujar Risma, Senin (17/8/2020) sore.

Sejak awal menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, dia mengaku bercita-cita ingin membuat wadah atau ruang khusus bagi para penggiat seni dan budaya di Kota Pahlawan.

Karenanya, wali kota perempuan pertama di Surabaya itu kemudian berinisiatif sendiri merancang konsep bangunan alun-alun tersebut.

"Akhirnya saya coba gambar sendiri dan Alhamdulillah bisa ketemu (konsepnya)," imbuhnya.

Baca Juga: Waduh, 137 Guru di Surabaya Positif Corona, 4 Orang Dikabarkan Meninggal

Di samping itu pula, Wali Kota Risma juga mengungkapkan alasan memilih konsep bangunan alun-alun untuk ruang kesenian tersebut. Menurut dia, selama menjabat jadi wali kota, lebih dari 500 lapangan olahraga telah dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Namun, untuk ruang atau bangunan khusus kesenian dinilai masih kurang.

"Makanya, saya berinisiatif membangun Alun-alun Surabaya untuk mewadahi ruang kesenian bagi anak-anak agar bisa mengembangkan minat dan bakatnya," jelas Risma.

Pemkot Surabaya juga akan menggandeng para seniman untuk menampilkan pertunjukkan di kompleks Alun-alun Surabaya itu.

Masyarakat yang berkunjung ke Surabaya, dapat menikmati berbagai kesenian rakyat itu secara gratis, seperti ludruk, wayang orang, srimulat hingga tari reog.

Baca Juga: Mami C Sediakan Layanan Hubungan Intim ke Pengunjung Klub

"Nanti pemkot yang bayar, senimannya tinggal bermain dan kemudian yang nonton sudah gratis di sini," tuturnya.

Sementara itu, Cak Kartolo mengaku sangat mendukung dan mengapresiasi adanya ruang kesenian baru di Kota Surabaya itu.

Apalagi, dia menilai, bahwa masyarakat juga butuh hiburan kesenian rakyat seperti ludruk, maupun srimulat seperti zaman dahulu kala.

"Saya setuju karena sekarang masyarakat ingin hiburan, harus diteruskan seperti di THR (Taman Hiburan Rakyat) zaman dahulu, kalau ada ketoprak, ludruk, wayang, ya senang," kata Cak Kartolo saat ditemui di akhir acara.

Meski konsep bangunan Alun-alun Surabaya ini terbuka, Cak Kartolo meyakini bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah. Sebab, di manapun tempatnya, setiap pelaku seni harus dapat menjiwai pada setiap penampilannya.

"Di sini (Alun-alun Surabaya) terbuka tidak apa-apa, yang penting pemainnya bisa menjiwai, mewakili cerita itu," pungkasnya.

Load More