SuaraJatim.id - Kabar mutasi virus Corona D614G yang disebut 10 kali lebih menular dan ganas di sejumlah daerah di Indonesia masih belum bisa dipastikan.
Menurut Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr Gunadi Ph.D, informasi yang menyatakan kalau virus hasil mutasi ini sepuluh kali lebih infeksius baru ada di taraf uji coba laboratorium.
Butuh penelitian lanjutan yang sangat sulit untuk membuktikan, bahwa kemampuan yang sama dari virus berlaku pada manusia.
"Korber saja dari 999 sampel, dia juga kesulitan, karena untuk mengetahui dia sangat infeksius itu harus di-traced. Kenapa kok dia kesulitan, karena harus tahu misalnya A ketularan dari B, kemudian B ketularan dari C, itu kan sulit," ujar Gunadi seperti dilansir dari VOA Indonesia, Jumat (11/09/2020).
Maka dari itu, Dia juga enggak berani mengatakan infeksiusnya pada tingkatan manusia. "Karena dia mungkin tidak punya datanya. Akan kesulitan dia melacak 999 pasien itu, dia penularnya atau dia ditulari yang lain," ujarnya menegaskan.
Korber yang disebut Gunadi, adalah peneliti bernama Bette Korber dari Los Alamos National Laboratory. Pada April 2020 lalu, dia dan timnya mempublikasikan hasil penelitian mereka di BioRxiv.
Dalam tulisannya, Korber menyebut strain baru ini sangat dominan di Eropa dan Amerika Serikat. Strain baru ini disebut D614G karena mengalami perubahan asam amino di posisi 614 dalam strukturnya dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin).
Perubahan ini membuat virus berkembang lebih cepat dan mudah menyesuaikan diri pada inangnya.
Gunadi menambahkan, meski pada pasien yang terinfeksi virus hasil mutasi ini ditemukan virus yang lebih banyak, ternyata tingkat keparahannya tidak berbeda dengan pasien yang terinfeksi jenis sebelum mutasi.
Baca Juga: Cawali Surabaya Machfud Arifin Akui Dirinya Positif Covid-19
Kondisi ini menjadi bahan kesimpulan hingga saat ini, bahwa mutasi virus tidak mempengaruhi seberapa parah kondisi pasien.
Sekali lagi, Gunadi meminta masyarakat tenang, karena hasil penelitian di laboratorium, belum dilanjutkan dengan penelitian pada tingkat manusia.
Paling tepat dalam menyikapinya, adalah tetap menerapkan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Terlepas apakah dia ganas atau tidak, itu masih belum diketahui. Justru dengan tidak diketahuinya, menjadi tantangan bagi kita semua. Sifat virusnya masih baru, tentu masyarakat harus lebih peduli, lebih disiplin," lanjut Gunadi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Hebat, Danantara dan BRI Gerakkan Ratusan Relawan serta Salurkan Puluhan Ribu Paket
-
Polres Pasuruan Tutup 3 Perlintasan Kereta Api Jelang Nataru, Akses Mobil Dibatasi!
-
Gubernur Khofifah Resmikan OPOP Training Center ITS Surabaya, Dongkrak Produk Pesantren Jatim
-
Dalih Belajar Agama Terbongkar, WNA Amerika Dideportasi dari Tulungagung
-
Kasus Polisi Bunuh Mahasiswi UMM Diduga Motif Harta, Keluarga Bantah Korban Hamil!