Scroll untuk membaca artikel
M. Reza Sulaiman
Rabu, 16 September 2020 | 19:37 WIB
Kebiasan merokok tidak berkurang saat pandemi. (Shutterstock)

SuaraJatim.id - Meski Covid-19 merupakan penyakit paru-paru, survei menyebut kebiasaan merokok masyarakat tidak mengalami penrunan.

Padahal, sejumlah dokter mengatakan merokok dapat meningkatkan risiko terserang Covid-19.

Dilansir Anadolu Agency, survei yang dilakukan Komnas Pengendalian Tembakau menemukan bahwa mayoritas perokok tidak mengurangi kebiasaan merokoknya selama pandemi Covid-19. Padahal, merokok menyebabkan mereka lebih rentan terinfeksi.

Survei ini melibatkan 612 responden di 25 provinsi di Indonesia dan sebanyak 47,5 persen di antaranya merupakan perokok aktif.

Baca Juga: Studi Sebut Merokok Terbukti Tingkatkan Masalah Kecemasan

Metode yang digunakan yakni survei online pada 1-19 Juni 2020 dan wawancara telepon terhadap 30 responden yang dipilih secara acak.

Peneliti utama survei, Krisna Rahmayanti mengatakan sebanyak 49,8 persen dari responden perokok mengeluarkan biaya yang sama untuk merokok dibandingkan dengan sebelum pandemi.

Selain itu, 13,1 persen responden justru meningkatkan biaya konsumsi rokok selama pandemi dan 31,1 persen mengurangi biaya merokok.

Sementara dari jumlah batang rokok yang dikonsumsi, 15,2 persen responden perokok meningkatkan jumlah batang konsumsinya selama pandemi dan 50,2 persen responden mengaku tetap.

"Mayoritas responden yang mengaku meningkat jumlah batang konsumsinya berasal dari penghasilan di bawah 5 juta rupiah per bulan," jelas Krisna melalui konferensi pers virtual.

Baca Juga: Merokok Cuma Saat Nongkrong, Risiko Kanker Paru-paru Tetap Tinggi

Krisna menuturkan survei ini menunjukkan bahwa perilaku merokok tidak menurun meskipun 61,4 persen dari total responden merasa rokok dapat membuat mereka lebih rentan terhadap Covid-19.

Load More