Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 02 Oktober 2020 | 10:38 WIB
Pengakuan massa aksi demontrasi KAMI dan Gatot Nurmantyo di Surabaya (Foto: Youtube)

SuaraJatim.id - Koordinator aksi demonstrasi menolak acara Koalisi Aksi Menyelamatkan Bangsa (KAMI) bersama Gatot Nurmantyo di Surabaya, Eddie Firmanto, menolak tudingan massa aksi pada Senin, 28 September 2020, itu bayaran. 

"Saya tolak tuduhan itu (Dibayar). Saya tahu yang di video itu. Itu kawan kami juga (Anggota M1R/Maluku Satu Rasa). Tapi mereka yang mengaku dibayar itu bukan bagian dari kami aksi di Gedung Juang," kata aktivis yang akrab disapa Eddie Frente ini, saat dikonfirmasi SuaraJatim, Jumat (02/10/2020).

Eddie menjelaskan, dia mengaku mengkoordinir aksi yang di Gedung Juang 45, Jalan Maijend Sungkono. Ketika acara KAMI di sana batal, kemudian massa mendengar acara dipindah ke Jabal Nur bersama Gatot Nurmantyo, Eddie dan organnya tidak bergerak ke sana.

Memang, dia mengakui, ada beberapa organ yang bergeser ke sana. Namun Eddie memastikan itu bukan bagian dari massa yang dia koordinir, yakn Maluku Satu Rasa (M1R).

Baca Juga: KAMI Akan Gelar Deklarasi di Riau, Gatot Nurmantyo Direncanakan Hadir

"Saya memang ditunjuk sebagai koordinator. Tapi saya mengkoordinir aksi demonstrasi yang di Gedung Juang. Kalau ke Jabal Nur itu bukan saya. Saya tidak ikut, tapi karena tujuannya sama ya saya biarkan," katanya menegaskan.

Kemudian, massa aksi demontrasi yang tergabung dalam gerakan "Surabaya Adalah Kita" itu terdiri dari banyak elemen masyarakat, LSM, Ormas, dan sebagainya, termasuk M1R, organ di bawah Eddie. Gerakan mereka juga spontan ketika mendengar ada kegiatan KAMI dan Gatot tersebut.

"Kami spontan. Kami izin, ada suratnya, ada notifikasinya. Kami lengkapi semuanya. Jadi saya tegaskan, itu spontanitas," ujar Eddie.

Kemudian terkait dua mahasiswa yang ada di video channel akun Youtube Hersubeno Point, Eddie menilai tidak mungkin dua mahasiswa itu tidak tahu apa itu KAMI. "Mereka mahasiswa, tidak mungkin tidak tahu KAMI. Anak SMA saja tahu kok," katanya menegaskan.

Eddie juga kembali menegaskan dua hal: pertama massa yang menggelar aksi di depan Gedung Juang 45 tidak dibayar, dan aksi yang di Jabal Nur bukan bagian dari M1R. Banyak ormas di sana, termasuk mobil komando milik KAMI sendiri yang bergerak ke Jabal Nur juga ada.

Baca Juga: Moeldoko Sebut Purnawirawan Bisa Berubah Jika Sudah Memiliki Kepentingan

"Jadi saya tidak tahu menahu yang terjadi di Jabal Nur. Saya tidak ikut ke sana, tapi memang ada kawan yang dari Gedung Juang bergerak ke sana. Saya biarkan saja," kata Eddy menegaskan.

Sebelumnya, dalam channel video Youtube dengan judul: TERBONGKAR! PENGAKUAN PENGUNJUK RASA BAYARAN ACARA KAMI DI SURABAYA, Hersubeno mewawancarai seorang ustaz di Surabaya asal Ambon bernama M Syarif Tuasikal. M Syarif ini merupakan Sekretaris Jenderal Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Pelauw (IPPMAP) di Surabaya.

M Syarif mengaku didatangi sejumlah mahasiswa asal Ambon yang meminta maaf telah ikut aksi demonstrasi tersebut. Si dua mahasiswa ini mengaku diajak demonstrasi saat lagi asyik ngopi di warkop. Mereka dibayar untuk ikut aksi tersebut.

"Saya bilang, kamu kok ikut bergabung, sementara kita kan masih makan ikan bakar di situ kemarin. Tapi karena didesak oleh kekuatan yang lain makanya mereka hadir (demonstrasi)," kata M Syarif yang juga simpatisan KAMI ini.

Dalam video itu kemudian juga ditayangkan pertemuan M Syarif dengan dua mahasiswa yang mengaku dibayar untuk ikut aksi demonstrasi di Gedung Juang 45 dan Graha Jabal Nur, Kota Surabaya.

"Dikasih uang berapa selesai acara?" tanya M Syarif.

"Dikasih uang Rp 100 ribu," si mahasiswa menjawab.

Load More