Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 18 Desember 2020 | 17:15 WIB
Nenek Karinah warga Kediri hidup sebatang kara di gubuk reot (Foto: Beritajatim)

SuaraJatim.id - Sedih nian laku hidup Nenek Karinah ini. Sudah lumpuh, hidup sebatang kara pula. Nenek 80 tahun itu tinggal di sebuah gubuk milik warga di Dusun Bolowono, Desa Wonokerto, Kabupaten Kediri

Karinah lumpuh akibat kecelakaan yang pernah dialaminya beberapa waktu silam. Nenek miskin keluarga ini tinggal sebatang kara di gubuk reot yang terbuat dari anyaman bambu. Untuk menyambung hidup, si nenek berjualan kacang.

"Mbah Karinah dulu berjualan kacang di pasar. Ya di rumah ini biasa memasak kacang, namun karena usia dan sakit, saat ini di rumah saja," kata Rohmah, seperti dikutip dari beritajatim.com, media jejaring suara.com, Jumat (18/12/2020).

Rohmah menjelaskan, Mbah Karinah sudah lama tinggal di gubuk reot tersebut. Tempat tinggal tak layak itu bukan miliknya, melainkan lahan warga.

Baca Juga: Rekapitulasi KPU, Mak Rini - Makde Rahmat Pemenang Pilkada Kabupaten Kediri

Mbah Karinah sehari-hari hanya berbaring di tempat tidur. Karena keluarga tidak ada yang mengurus, akhirnya para tetangga membantu kehidupan sehari-harinya.

Selama ini, Mbah Karinah hanya bisa mengandalkan bantuan para tetangga termasuk untuk cuci baju hingga makan sehari-hari.

Gubuk tempat tinggal Mbah Karinah ukurannya sangat kecil, sekitar 3×4 meter. Rumah itu hanya terdiri dari dapur dan tempat tidur. Di rumahnya juga nyaris tak ada benda berharga.

Terdapat satu almari dari plastik. Di dalamnya berisi sejumlah bahan makanan bantuan dari warga. Ada mi instan, minyak goreng serta beras.

Di dapur juga hanya ada sejumlah alat masak yang sudah cukup lama tidak digunakan. Dapur juga ala kadarnya. Gubuk nenek tersebut juga sudah reot. Di sisi kanan kiri sudah berlubang.

Baca Juga: Bagus Kahfi Gabung FC Utrecht, Begini Komentar Budi Sudarsono

Hanya terdapat satu tempat tidur dan itu pun terbuat dari bambu. Untuk baju, hanya ada sekadarnya saja menempel di tubuh serta sejumlah baju ganti. Ia juga hanya mengenakan selimut dari kain jarik.

Untuk penerangan, terdapat satu bola lampu yang disalurkan dari rumah tetangga. Siang hari, lampu itu juga tetap nyala, khawatir jika malam kelupaan untuk menyalakan lampu.

Rohmah sempat mengajak Mbah Karinah tinggal di rumahnya. Namun hanya sebentar, setelah itu kembali ke rumahnya.

"Dulu kan saya rawat, berharapnya mudah memantaunya. Tapi mbah tidak betah dan nekat pulang ke rumah," kata dia.

Ia juga menambahkan, Mbah Karinah juga enggan dibawa ke rumah sakit. Ia sempat terjatuh hingga kini lumpuh. Kondisi kesehatannya juga semakin memburuk.

Selama ini warga gotong royong membantu untuk kebutuhan sehari-hari. Ada beberapa warga ikut membantu misalnya membelikan popok untuk makan.

Ia berharap, pemerintah memperhatikan Mbah Karinah dengan memberikan tempat tinggal lebih layak.

Mbah Karinah masih bisa diajak komunikasi. Ia bahkan masih memahami saat diajak dialog. Dia mengeluhkan batuk yang hingga kini belum sembuh.

"Batuk. Mau nyuwun digawekno jeruk nipis lan kecap (tadi minta dibuatkan jeruk nipis dicampur kecap)," kata Mbah Karinah.

Load More