Scroll untuk membaca artikel
Vania Rossa | Luthfi Khairul Fikri
Sabtu, 26 Desember 2020 | 14:29 WIB
Ilustrasi virus corona. [Shutterstock]

SuaraJatim.id - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa varian baru virus corona yang bermutasi, yang telah menyebar di Inggris, tampaknya lebih menular dan kemungkinan akan menyebabkan tingkat rawat inap dan kematian yang lebih tinggi di tahun depan.

The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan bahwa ilmuwan dan ahli penyakit menular masih mengumpulkan tentang varian baru virus Corona, yang disebut SARS-CoV-2 VUI 202012/01.

Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (26/12/2020), Penelitian Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine menemukan bahwa varian baru COVID-19 ini 56 persen lebih mudah ditularkan daripada jenis lainnya.

Peneliti yang berfokus di Inggris Tenggara, Timur, dan London mengatakan masih belum pasti apakah strain yang bermutasi ini lebih mematikan atau tidak dibandingkan pendahulunya.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan Distribusi Vaksin COVID-19 Berjalan Lancar

“Meskipun demikian, peningkatan penularan mungkin akan menyebabkan banyaknya peningkatan kasus, lalu kasus rawat inap dan kematian akibat Covid-19 yang diprediksikan akan lebih tinggi pada 2021 daripada 2020, meskipun pembatasan wilayah diterapkan,” ujar para peneliti.

Para penulis studi juga memperingatkan bahwa lockdown yang diberlakukan di Inggris pada November tidak mungkin mencegah peningkatan infeksi kecuali jika sekolah dasar, sekolah menengah, dan universitas ikut ditutup. Hal ini berarti perlu untuk mempercepat peluncuran vaksin dalam meminimalkan risiko fatal lainnya.

Pemerintah Inggris juga sebelumnya mengatakan varian mutasi tampaknya sebanyak 70% lebih dapat ditularkan dari pada strain yang beredar lainnya.

Selain itu, Kepala Penasihat Ilmiah Inggris, Patrick Vallance, menerangkan bahwa varian ini memiliki hampir dua lusin mutasi yang dapat mempengaruhi protein yang dibuat oleh virus korona.

Maka dari itu, dia menegaskan bahwa peluncuran vaksinasi ini mungkin perlu dipercepat untuk menahan penyebarannya, ke tingkat 2 juta orang seminggu dari kecepatan saat ini yang hanya 200.000.

Baca Juga: Mutasi Virus Corona Sudah Masuk Prancis, Kemenkes Temukan 1 Kasus

Load More