SuaraJatim.id - Terbentuknya Persatuan Dukun Nusantara atau Perdunu di Kabupaten Banyuwangi banjir sorotan publik, kali ini datang dari Pemerhati Budaya Jawa Timur Sulistyanto.
Ia menilai dibentuknya Perdunu dan mengusung program Festival Santet itu lebih banyak mudarat atau tidak ada manfaatnya.
Terlebih, menurutnya, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah mem-branding wisata sehat dan membuang kata 'santet' yang selanjutnya dikenal kota 'internet'
"Lebih banyak mudaratnya," kata Sulistyanto dihubungi Suara.com, Sabtu (6/2/2021).
Sulistyanto melanjutkan, dibentuknya organisasi para dukun itu justru berpeluang memunculkan kembali memori tentang kasus pembantaian orang-orang yang dituduh sebagai 'dukun santet' di Banyuwangi pada Februari-September 1998 silam.
"Sebagian masyarakat akan terkulik kembali memorinya tentang kasus itu, berpotensi besar, kemudian berpersepsi bahwa yang dibantai itu memang semuanya dukun santet dan setuju dilakukannya pembantaian tersebut," jelasnya.
"Pembantaian dengan alasan apapun harus ditentang," imbuhnya.
Berkaca dari hal itu, lanjut dia, dibentuknya Perdunu hanya akan menimbulkan kontra produktif. Namun, bukan berarti Ia tegas setuju atau tidaknya tentang pendirian Persatuan Dukun Nusantara tersebut.
"Bukan setuju atau tidak. Masalahnya, di Banyuwangi pernah terjadi kasus pembantaian itu. Lebih-lebih, itu bukan saja kasus nasional, tetapi sampai jadi pemberitaan di berbagai negara. Jadi itu kontra produktif untuk Banyuwangi dan Jawa Timur," katanya.
Baca Juga: Festival Santet Perdunu, Jadi Benteng Bagi Masyarakat untuk Hadapi Santet
Ditambah heboh rencana program festival santet dan pengenalan destinasi mistis. Hal itu, menurutnya, bakal memunculkan beragam perspektif yang cenderung banyak mudarat.
"Yang membaca berita tentang gelar festival santet dan kenalkan destinasi mistis, serta yang tahu pernah terjadi kasus pembantaian, persepsinya akan lebih mengerucut ke hal yang saya tulis di atas," ucapnya.
Ia berharap pembentukan Persatuan Dukun Nusantara ditinjau ulang, lantaran pemiliham kata dukun lebih banyak kontra produktifnya.
"Sebaiknya nama organisasi "Persatuan Dukun Nusantara" dipertimbangkan kembali. Kata "dukun" lebih banyak kontra produktifnya. Mungkin bisa menggunakan nama lain, misal Persatuan Pegiat Metafisika Terapan Nusantara, "pungkasnya.
Kontributor : Arry Saputra
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Aktivitas Gunung Semeru Belum Stabil, Awan Panas Masih Mengancam!
-
Pengungsi Erupsi Gunung Semeru Mulai Pulang, BNPB Pastikan Situasi Membaik!
-
Erupsi Semeru Tak Ganggu Penerbangan di Bandara Notohadinegoro, Begini Kondisi Terkini
-
Cara Daftar KKS Pakai HP Kini Makin Mudah, Begini Syarat dan Aplikasi Resminya!
-
Kronologi Tewasnya 6 Santri Ponpes Jabal Quran Socah Bangkalan, Tenggelam di Bekas Galian C!