Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Rabu, 07 April 2021 | 15:55 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual (Pixabay).

SuaraJatim.id - Kabar tidak menyenangkan datang dari Jember, Jawa Timur. Seorang dosen FISIP Universitas Negeri Jember (Unej) dilaporkan ke kepolisian setempat.

Penyebabnya di luar nalar, Ia diduga melakukan pelecehan seksual terhadap keponakannya sendiri yang berumur 16 tahun. Laporan ini dilakukan oleh ibu korban yang tidak lain adalah saudara dari si dosen tersebut.

Ibu korban menuturkan, putrinya sudah dua kali mengalami korban pelecehan dilakukan oleh terduga pelaku. Anak pertamanya itu dititipkan oleh sang ayah ke rumah pelaku yang merupakan pamannya. Sedangkan anak kedua ikut sang ibu.

"Saya ingin dia dihukum, agar ada efek jera. Dia adalah predator seksual, berbahaya jika dibiarkan bebas berkeliaran," ujar ibu penyintas (korban) saat ditemui Jatimnet.com, jejaring media suara.com, di Jember, Rabu (07/04/2021).

Baca Juga: Bupati Jember Instruksikan ASN Safari Ramadan Menangkal Covid-19

"Anak saya dititipkan ke rumahnya (terduga pelaku) oleh ayahnya, tanpa sepengetahuan saya selaku ibu kandungnya," ujar ibu penyintas tersebut.

Ia mengungkapkan, peristiwa pertama terjadi pada akhir Februari 2021. Selanjutnya terduga pelaku mengulanginya lagi pada 26 Maret 2021. Modus yang digunakan adalah menyebut keponakannya itu sedang terkena kanker payudara.

"Dia menyodorkan jurnal kepada anak saya dan menyebut anak saya kena kanker payudara," kata ibu penyintas.

Namun pelajar SMA itu tidak langsung percaya. Sang paman tetap memaksa memegang tubuh penyintas. "Saat itu, tantenya (istri terduga pelaku) sedang pergi mengajar," papar ibu penyintas.

Untuk peristiwa selanjutnya, penyintas merekam kejadian pemaksaan itu melalui audio suara. "Entah bagaimana, anak saya ada keberanian untuk merekamnya," papar ibu penyintas.

Baca Juga: Make Up Artis Terkenal Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual ke Banyak Pria

Usai peristiwa, penyintas membuat sejumlah unggahan di instastory, yang berisi ajakan untuk melawan kekerasan seksual. Salah satunya pesan bahwa pakaian perempuan bukan menjadi penyebab terjadinya kekerasan seksual.

Unggahan insta story ini kemudian dibaca oleh sang ibu yang memang tinggal terpisah dari sang anak dan ayahnya. "Saya memang selalu memantau medsos putri saya," ujar sang ibu.

Dari situlah, peristiwa kekerasan seksual itu terungkap. Tidak hanya berani melawan, penyintas 16 tahun ini juga berani terbuka kepada sang ibu yang menghubunginya melalui ponsel.

"Saat itu juga saya langsung telepon ayahnya dan juga tantenya (istri terduga pelaku). Saya minta agar anak saya dipindah dari rumah tersebut. Saya yang saat itu tinggal di Jakarta, langsung pulang untuk menjemput anak saya yang dipindah ke Lumajang," papar ibu penyintas.

Pasca-peristiwa tersebut, penyintas dan ibunya berada di rumah aman, di bawah perlindungan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jember.

Kasus ini sudah dilaporkan ke polisi dan rencananya terduga pelaku akan dipanggil polisi pada Kamis 8 April 2021, besok. "Visum sudah dilakukan, penyidikan masih berjalan. Infonya terduga pelaku adalah dosen FISIP Unej," ujar Yamini, pendamping penyintas dari LBH Jentera.

Informasi yang dihimpun, terduga pelaku merupakan dosen muda yang memiliki karir cemerlang di FISIP Unej. Pria berinisial RH ini sedang dipromosikan menjadi calon profesor usia merampungkan PhD di Australia.

"Kami harap pelaku bisa dijerat dengan UU Perlindungan Anak karena masih di bawah umur. Ancaman hukumannya minimal 5 tahun penjata dan maksinal 15 tahun," kata Sholihati, koordinator PPT DP3AKB saat ditemui di tempat yang sama.

Dikonfirmasi terpisah, Rektor UNEJ, Iwan Taruna membenarkan RH merupakan dosen di kampus yang ia pimpin. Iwan mengaku sudah membentuk tim investigasi dan berjanji akan bertindak tegas.

"Saya baru dapat laporan dua hari yang lalu tentang oknum tersebut. Kita sudah punya mekanisme untuk menangani kasus itu karena ini bukan kasus yang pertama," ujar Iwan saat dikonfirmasi di kampusnya.

Sebelumnya, dosen di FIB UNEJ juga dilaporkan karena diduga melakukan kekerasan seksual. Meski tidak sampai di proses pidana, dosen tersebut menurut Iwan saat ini sudah dipecat. "Ancaman untuk dosen yang ini juga bisa diberhentikan. Kita akan tegas," papar Iwan.

Sembari menunggu proses hukum di kepolisian, proses internal juga tetap berjalan. "Kita memang berpegang asas praduga tak bersalah, tetapi kita akan proaktif. Jadi proses di polisi dan di kita akan berjalan secara paralel," katanya Iwan.

Load More