Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Senin, 26 April 2021 | 16:15 WIB
Marsan, ayah Deni Richi bersama adiknya di Jombang [Foto: Beritajatim]

SuaraJatim.id - Masih lekat dalam ingatan Marsan. Beberapa pekan lalu sebelum Ramadhan, Pria 55 tahun itu diingatkan anaknya, Deni Richi agar membeli batu nisan. Saat itu Deni ingin berziarah ke makam emak dan mengganti batu nisannya.

Tak disangka, hal itu menjadi kenangan terakhir bersama anak pertamanya tersebut. Mata Marsan nanar menceritakan kenangan itu. Deni Richi, anak yang dicintainya gugur dalam tugas bersama awak KRI Nanggala 402 lain yang ternggelam di perairan utara Bali, Rabu 21 April 2021.

Keinginan Deni tercapai. Ia kemudian membeli batu nisan seharga Rp 300 ribu, lalu berziarah 'nyekar' ke makam ibunya, Ninik Indarti (52) yang meninggal seratus hari lalu. Deni bersih-bersih makam lalu mengganti batu nisan ibunya itu.

"Istri saya (ibunda Deni), meninggal belum lama. Ini baru seratus harinya. Sebelum berangkat bertugas, Deni membeli batu nisan seharga Rp 300 ribu untuk dipasang di makam ibunya. Dia sendiri yang membeli dan memasangnya," kata Marsan mengenakan kaus putih bertuliskan 'Jayaveva Jayamahe', dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com, Senin (26/04/2021).

Baca Juga: Netizen Kecam Lawakan Tragedi KRI Nanggala: Cantik Tapi Gobl*k Akut

Anak pertama dari dua bersaudara ini memilih batu nisan bermotif tulisan arab. Dengan membawa bunga dia berangkat ke makam. Membersihkan makam sang ibu, mengganti batu nisan, menaburkan bunga, serta mengirim doa.

Setelah nyekar itulah Deni berangkat bertugas untuk latihan perang. Dia sebagai Operator Sonar 3 di KRI Nanggala 402. Deni sempat mampir dan menginap di rumah pamannya di Gresik. "Mungkin batu nisan itu sebagai firasat kepergiannya yang terakhir," kata petani asal Desa Jatiduwur ini.

Pernah Gagal masuk TNI AL

Nasib Deni Richi sebelum menjadi prajurit tidaklah semengalir aliran air Brantas di muka rumahnya. Marsan mamandangi foto anaknya semasa pendidikan Dikmata XXXV/2 2015 lantas menceritakan perjalanan nasib Deni.

Ada juga foto Deni yang diletakkan di atas meja pojok ruangan. Dia mengenakan jas warna biru lengkap dengan lencana dan tulisan TNI. Penampilan anak pasangan Marsan dan Ninik ini semakin gagah dengan baret biru di kepalanya. Terakhir, di tembok rumah tersebut ada lukisan Kapal Selam KRI Nanggala 402.

Baca Juga: Pria Komentar Negatif soal KRI Nanggala 402 Minta Maaf

"Itu foto anak saya setelah menjalani pendidikan TNI AL pada tahun 2015. Kalau foto kapal selam itu sekitar dua tahun lalu. Sejak Deni bertugas di Kapal Selam KRI Nanggala 402. Memang, sejak SMP Deni sudah bercita-cita menjadi TNI AL," kata Marsan yang mengenakan Masker berlogo TNI AL juga.

Lahir di Desa Jatiduwur pada 10 Desember 1993, Deni menamatkan SD di desa tersebut. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Kesamben di Jalan Raya Candisari 37, Jombatan. Deni tergolong murid berotak encer. Dia tidak pernah tinggal kelas. Bahkan nilai rapor-nya 8 dan 9.

Selepas dari SMP Negeri 2 Kesamben, kakak kandung dari Adelia Titania Arsani (21) ini melanjutkan sekolah ke SMA Tapen, Kecamatan Kudu, Jombang. Untuk menuju ke sekolah tersebut, Deni tiap hari harus menyeberangi Sungai Brantas dengan jasa perahu tambang.

Kecerdasan Deni masih berlanjut hingga di SMA tersebut. Nilainya tidak ada yang merah. Maka tidak heran, Deni lulus dengan nilai yang sangat bagus. Meski demikian, saat mendaftar menjadi TNI AL, upaya Deni tidak berjalan mulus.

"Dia sempat gagal masuk TNI AL. Untuk sementara Deni kemudian bekerja sebagai petugas sekuriti (Satpam) di Surabaya. Tapi dia tidak patah arang. Kemudian mendaftarkan diri menjadi TNI AL pada gelombang kedua. Walhasil, dia diterima pada 2015," kata Marsan berkisah.

Kini Marsan berusaha ikhlas melepas kepergian sang anak untuk selamanya. Setiap malam di rumahnya yang asri itu para tetangga datang. Mereka membaca tahlil secara berjamaah, lalu merapal doa. Semua itu ditujukan untuk arwah Kelasi Satu (Kls) Nav Deni Richi Sambudi. 

Load More