Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Senin, 24 Mei 2021 | 09:28 WIB
Cak Nun dan Ustaz Abdul Somad (UAS) [Tangkapan layar Twitter UAS]

SuaraJatim.id - Untuk pertama kalinya Ustaz Abdul Somad (UAS) bertemu dengan Intelektual Muslim Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun. Lalu apa yang terjadi dalam pertemuan pertama mereka di Jombang itu?

Cak Nun dan UAS saling puji satu sama lainnya. Cak Nun misalnya, memuji UAS sebagai manusia yang pintar. Namun bukan hanya sekadar pintar namun juga indah. Dan, pertemuan keduanya justru terjadi di sebuah SMK.

Momen pertemuan keduanya pun diabadikan oleh UAS lalu diunggah ke dalam akun Instagramnya, Sabtu (22/05/2021).

"Kita itu setengah mati kadang-kadang merencanakan sesuatu, tapi tiba-tiba Allah sudah merencanakan terlebih dahulu," kata Cak Nun saat bertemu UAS.

Baca Juga: Ustaz Abdul Somad Sambangi Kediaman Cak Nun, Netizen Salfok Sama Hal Ini

Ia mengatakan pertemuan tersebut tidak disengaja. Bahkan jika mereka berdua merencanakan belum tentu bisa bertemu. Namun, Allah SWT telah mempertemukannya.

"Seng ndek TV iko yo iki wong e rek (yang di TV itu ini lo orangnya 'UAS')," ujar pria yang sering di sapa Mbah Nun sambil menunjukan kepada hadirin yang ada diacara tersebut.

Kemudian, Pria kelahiran Jombang 27 Mei 1953 ini juga memberikan pujian kepada UAS yang mempunyai kepandaian di atas rata-rata ini. "Ini bukan hanya pintar, tapi orang yang indah," puji Cak Nun kepada UAS.

Sementara itu, Ustaz Abdul Somad (UAS) juga memuji Cak Nun. Pendakwah lulusan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, itu akhirnya dapat bertemu Cak Nun di Jombang, Jawa Timur.

Momen perjumpaan itu diunggah UAS di akun Instagram miliknya, Sabtu (22/5/2021). UAS bersama sang istri, foto bareng dengan Cak Nun yang juga didampingi istrinya, Novia Kolopaking.

Baca Juga: Wanita Diputusin Pacar Usai 'Iseng' Hapus File Skripsi, Sowan ke Cak Nun

UAS menceritakan, rasa penasaran terhadap Cak Nun muncul ketika dosen Tasauf di IAIN Sultan Syarif Kasim menyitir ucapan Cak Nun pada 1996.

"Tasauf itu tidak meninggalkan dunia, tetap terkenal tapi sederhana, seperti Emha Ainun Najib," kata UAS, menirukan ucapan dosennya.

Sejak itu dia pun dilanda penasaran dan mulai mencari-cari berita tentang Cak Nun. Pada 1998 saat dirinya ke Mesir, kawannya memiliki buku-buku karya Cak Nun. Salah satu yang dibacanya Slilit Sang Kiai.

"Sampai hari ini, aku tetap menontonnya di Youtube," kata UAS.

Dia menceritakan, sejumlah kawannya mencoba untuk mempertemukan dengan Cak Nun di Yogyakarta. Namun tak terwujud. Begitu pula rencana bertemu di Pondok Pesantren Gontor juga tak terwujud.

Hingga pada suatu malam dalam kendaraan, kawannya menyebut kemungkinan akan bertemu Cak Nun di Yogya. Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB. Ia yang mengantuk pun tertidur. Tiba-tiba dia diberitahu telah berada di tempat Cak Nun. Bukan di Yogya, melainkan di Jombang.

"Seperti walimah nikah. Ternyata wisuda SMK. Bertemu dengan bibit bibit hijau penuh semangat. Ternyata, pertemuan di sini yang tertulis di Lauhul-Mahfuzh. Banyak hikmah. Duduk dan makan di rumah Ibunda tempat beliau dibesarkan hingga 1966," kata UAS.

"Ziarah kepada yang hidup dan yang sudah mendahului. Panjang cerita beliau, sepanjang jalan kenangan. Tentang pagar-pagar yang membiarkan diri dilompati seenaknya. Tentang sosok yang disangkakan jauh dari rasa takut, tapi pada hakikatnya amat sangat ketakutan. Perpisahan tak mampu menghentikan kami, karena doa tetap menyertai," kata UAS tentang sosok Cak Nun.

Load More