Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Rabu, 15 September 2021 | 10:18 WIB
Ilustrasi aksara jawa

SuaraJatim.id - Sepekan lalu masyarakat Internasional memperingati Hari Aksara Internasional (HAI), tepatnya pada 8 September 2021. Pada hari aksara itu, Kota Yogyakarta diwacanakan sebagai Kota Hanacaraka.

Hanacaraka merupakan aksara jawa carakan alias nglegena yang merupakan aksara jawa dasar, salah satu aset kebudayaan nasional yang tidak boleh punah. Aksara nglegena ini terdiri dari 20 aksara: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, tha, nga.

Selain bentuk kata dasar tersebut, dalam aksara Jawa juga terdapat sandhangan, pasangan, aksara rekan, dan angka Jawa. Oleh sebab itu, karena aksara jawa merupakan aset, maka penggunaan aksara Jawa perlu diperluas, bahkan di era digital seperti sekarang ini.

Dalam istilah lain, aksara Jawa juga dikenal sebagai Dentawyanjana. Dikutip dari beberapa sumber, akasara ini berkembang di Pulau Jawa yang selain digunakan untuk menulis bahasa Jawa, dalam perkembangannya juga untuk menulis bahasa Sunda, Madura, Sasak, dan Melayu, serta bahasa historis seperti Sanskerta dan Kawi.

Baca Juga: Singgung Soal PMA, DPRD Jatim Beri Dukungan Greenfields Indonesia Farm 2 di Blitar

Aksara Jawa juga disebut-sebut sebagai turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara Kawi dan berkerabat dekat dengan aksara Bali.

Aksara Jawa aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Jawa sejak pertengahan abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin ketika bangsa Eropa masuk ke Nusantara.

Saat ini, aksara ini masih diajarkan di kalangan masyarakat terutama di Pulau Jawa, misalnya di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat sebagai bagian dari muatan lokal. Akan tetapi untuk penerapannya sangat terbatas dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah Aksara Jawa

Aksara Jawa merupakan salah satu aksara turunan Brahmi di Indonesia yang sejarahnya dapat ditelusuri dengan runut karena banyaknya peninggalan-peninggalan yang memungkinkan penelitian epigrafis secara mendetail.

Baca Juga: Jadi Perhatian BMKG, Pacitan Berpotensi Gempa Magnitudo 8,7 dan Rawan Tsunami Pula

Akar paling tua dari aksara Jawa adalah aksara Brahmi di India yang berkembang menjadi aksara Pallawa di Asia Selatan dan Tenggara antara abad ke-6 hingga 8.

Load More