Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Minggu, 03 Oktober 2021 | 08:05 WIB
Mohib Ullah, seorang pemimpin Muslim Rohingya dari Arakan Rohingya Society for Peace and Human Rights, berbicara lewat telepon [Foto: Dokumentasi]

Beberapa orang yang diwawancarai Reuters mengatakan pembunuhan tersebut adalah bukti terbaru kekerasan yang meningkat saat gerombolan bersenjata dan ekstremis berebut kekuasaan di Cox's Bazar.

Dalam video yang beredar di media sosial, saudara Mohib Ullah, Habib Ullah, mengaku menyaksikan pembunuhan itu dan menyalahkan Tentara Penyelamatan Rohingya Arakan (ARSA), kelompok bersenjata yang aktif di kamp tersebut.

"Mereka membunuhnya karena dia pemimpin dan semua orang Rohingya patuh padanya," kata Habib Ullah.

Sebelum menembak, "Mereka mengatakan dia tak bisa jadi pemimpin Rohingya dan tak akan ada pemimpin bagi Rohingya," kata dia.

Baca Juga: Pimpinan Tertinggi Pengungsi Rohingya Tewas Ditembak setelah Salat Isya

Reuters tidak dapat memeriksa kebenaran dari kesaksiannya.

ARSA mengatakan di Twitter pada Jumat bahwa pihaknya "terkejut dan berduka" atas peristiwa tersebut dan mengutuk "tudingan yang dibuat dari desas-desus dan tak berdasar".

Lebih dari satu juta orang Rohingya tinggal di kamp tersebut, sebagian besar mengungsi dari Myanmar selama kekerasan militer pada 2007 yang pernah disebut oleh PBB sebagai tindakan dengan niat untuk melakukan genosida.

Myanmar membantah melakukan genosida. Mereka mengatakan tindakan itu sah dilakukan kepada para pemberontak yang menyerang pos-pos polisi. ANTARA

Baca Juga: Mohib Ullah, Pemimpin Muslim Rohingya Tewas Ditembak di Kamp Pengungsi Bangladesh

Load More