Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 04 Februari 2022 | 15:38 WIB
Seorang veteran batalion Tentara Nasional Ukraina melakukan latihan militer untuk warga sipil di tengah ancaman serangan Rusia di Kyiv, Rusia, Minggu (30/1/2022). REUTERS/Gleb Garanich/WSJ/cfo (REUTERS/GLEB GARANICH)

SuaraJatim.id - Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengerahkan 3.000 pasukannya ke Polandia dan Romania. Polandia merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Ukraina.

Kebijakan militer Amerika tersebut mendapat reaksi keras dari Rusia. Sebab saat ini antara Rusia dan Ukraina sedang di ambang perang. Rusia menuding Amerika justru memicu ketegangan di Ukraina.

Kecamatan tersebut disampaikan Juru bicara kantor presiden Rusia, Dmitry Peskov, dalam konferensi pers terkait rencana pengiriman pasukan Amerika denga dalih menurunkan ketegangan tersebut.

"Jelas bahwa itu bukan langkah yang ditujukan untuk menurunkan ketegangan, tapi justru tindakan mereka itu mengarah pada peningkatan ketegangan," kata Peskov, Kamis (03/02/2022).

Baca Juga: Tanggapan Kapolda Bali mengenai Keterlibatan Interpol dalam Pengeroyokan WNA Ukraina

Ukraina, sementara itu, menuduh Rusia telah menumpukkan 115.000 tentara di wilayah-wilayah perbatasan sehingga memunculkan kekhawatiran bahwa serangan sedang membayangi keadaan.

Moskow menolak tuduhan Ukraina tersebut, namun Washington mengatakan pada Rabu (2/2) bahwa AS akan mengirimkan lebih banyak tentara untuk melindungi kawasan Eropa timur dari penyebaran krisis.

"Kami secara terus-menerus meminta mitra kami Amerika untuk berhenti memperparah ketegangan di benua Eropa. Sayangnya, Amerika terus melakukan tindakan itu," katanya.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (1/2) bahwa negara-negara Barat tidak mengacuhkan masalah-masalah yang menjadi keprihatinan Moskow.

Putin juga menuduh Amerika Serikat berusaha memancing keadaan supaya perang terjadi. Namun, ia mengatakan Rusia masih tertarik untuk berdialog.

Baca Juga: Ukraina-Rusia Memanas, Amerika Serikat Kerahkan Ribuan Prajurit Para Lintas Udara ke Eropa Timur

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tidak akan menghadiri Konferensi Keamanan Munich tahun ini, yang akan diselenggarakan pada 18-20 Februari, menurut laporan surat kabar Kommersant, Kamis.

Kremlin telah mengungkapkan bahwa Putin juga tidak akan hadir pada konferensi tahunan tersebut. ANTARA

Load More