Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Kamis, 14 April 2022 | 04:35 WIB
Ilustrasi buka puasa (Pixabay)

SuaraJatim.id - Berbuka puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Ada sejumlah riwayat hadits yang menegaskan anjuran ini.

Salah satunya riwayat Bukhari dan Muslim: "Rasulullah SAW bersabda: Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka.” (Hadits Riwayat Bukhari 4/173 dan Muslim 1093).

Lalu soal doa dan etika membacanya apakah sebelum dan sesudah. Hal ini menjadi bahasan menarik sejumlah kalangan, terutama para penganjur kebenaran agama.

Dikutip dari NUonline, ternyata memang terdapat sejumlah etika pada saat melaksanakan berbuka puasa. Salah satunya adalah membaca doa pada waktu berbuka.

Baca Juga: Jadwal Sholat dan Jadwal Imsakiyah Lebak Banten Kamis 14 April 2022

Terkait lafal doa berbuka puasa, ada beberapa versi yang dijelaskan dalam beberapa hadits. Di antaranya hadits riwayat sahabat Mu’adz bin Zuhrah: "Rasulullah ketika Berbuka, beliau berdoa: Allahumma laka sumtu, waala rizkika afthartu"

Artinya: "Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka," (HR. Abu Daud).

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah melafalkan doa sebagaimana berikut: "Rasulullah ketika berbuka membaca doa: Dzahabathomaa wabtaltil urukho, wtsabatal ajru insyaAllah."

Artinya: "Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala tetap, insyaallah," (HR. Abu Daud).

Dua lafal doa di atas umumnya oleh umat islam di Indonesia digabung menjadi satu dan dibaca sebelum berbuka puasa. Lantas, sudah tepatkah praktek demikian? Dalam kitab Fath al-Mu’in dijelaskan bahwa ketentuan doa berbuka puasa yang baik adalah membaca doa sesuai dengan lafal doa dalam hadits riwayat sahabat Mu’adz bin Zuhrah di atas.

Baca Juga: Jadwal Sholat dan Jadwal Imsakiyah Serang Banten Kamis 14 April 2022

Sedangkan lafal doa dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ditambahkan ketika seseorang berbuka dengan menggunakan air. Berikut penjelasan mengenai hal ini: "Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika aftharthu” dan bagi orang yang berbuka dengan air ditambahkan doa: “Dzahabadh dhamâ’u wabtalatl-‘urûqu wa tsabata-l-ajru insyâ-a-Llâh," (Fath al-Mu’in, juz 2, hal. 279).

Namun demikian, nyaris tak ada orang berbuka puasa hanya berupa makanan tanpa minuman, kecuali sangat terdesak. Sehingga, bacaan yang sering kita dapati adalah penggabungan doa dari hadits tersebut:

"Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu dzahaba-dh-dhama’u wabtalatil ‘urûqu wa tsabatal ajru insyâ-allâh ta‘âlâ."

Artinya: "Ya Allah, untuk-Mulah aku berpuasa, atas rezekimulah aku berbuka. Telah sirna rasa dahaga, urat-urat telah basah, dan (semoga) pahala telah ditetapkan, insyaaallah."

Hal yang sering disalahpahami banyak orang adalah tentang pelaksanaan membaca doa ini. Umumnya masyarakat membaca doa buka puasa ini sebelum menyantap makanan atau meminum minuman di saat masuk waktu maghrib.

Padahal, cara membaca doa yang paling benar adalah membacanya ketika setelah selesainya berbuka puasa. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Hasyiyah I’anah at-Thalibin:

"Maksud dari (membaca doa buka puasa) “setelah berbuka” adalah selesainya berbuka puasa, bukan (dibaca) sebelumnya dan bukan saat berbuka," (Syekh Abu Bakar Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah at-Thalibin, juz 2, hal. 279).

Salah satu pijakan dalil penempatan membaca doa berbuka dilakukan setelah selesai berbuka puasa adalah dengan memandang makna yang terkandung dalam doa berbuka tersebut, khususnya pada doa berbuka yang tercantum dalam hadits riwayat Abdullah bin Umar di atas yang hanya pantas (al-munasib) diucapkan kala selesai berbuka puasa.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa meskipun dengan membaca doa di atas sebelum berbuka puasa, telah mendapatkan kesunnahan (husul ashli as-sunnah), tapi tetap yang paling utama adalah membacanya tatkala selesai berbuka. Dalam kitab Busyra al-Karim dijelaskan:

"Disunnahkan bagi orang ketika hendak berbuka—tapi yang lebih utama setelah berbuka—membaca doa “Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika aftharthu," (Syekh Said bin Muhammad Ba’ali, Busyra al-Karim, hal. 598).

Walhasil, membaca doa berbuka puasa sebaiknya dilakukan setelah selesai berbuka, hal ini dimaksudkan agar kita memperoleh kesunnahan yang sempurna (kamal as-sunnah) dalam membaca doa. Semoga amal ibadah puasa kita diberi kelancaran dan diterima Allah subhanahu wata’ala. Amin yâ rabbal ‘âlamin. Wallahu a’lam.

Load More