Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Minggu, 15 Mei 2022 | 18:30 WIB
Petugas mengamankan lokasi penembakan bermotif rasial di TOPS supermarket di Buffalo, New York, AS, Sabtu (14/5/2022). Seorang pria melakukan penembakan dengan senapan serbu dan membunuh setidaknya 10 orang dan melukai tiga lainnya, sebelas dari mereka merupakan warga kulit hitam. ANTARA FOTO/REUTERS/Jeffrey T. Barnes/foc.

SuaraJatim.id - Di negara yang disebut-sebut demokratis seperti Amerika pun kejahatan bermotif rasial masih terjadi. Kabar terbaru, seorang pria kulit putuh menembaki warga di lingkungan kulit hitam di kawasan Buffalo, New York.

Akibatnya sebanyak 10 orang dikabarkan tewas dalam tragedi itu. Setelah menembaki warga kulithitam, pria tersebut kemudian menyerahkan diri ke kepolisian setempat. Peristiwa itu disebut sebagai insiden mengandung kebencian dan aksi "ekstremisme kekerasan bermotif rasial".

Pihak berwenang mengatakan tersangka itu, yang bersenjata senapan serbu dan tampaknya bertindak sendiri, pergi ke Buffalo dari rumahnya di daerah New York "beberapa jam perjalanan" untuk menyasar toko dalam serangan yang dia siarkan di internet.

Sebelas dari 13 orang yang terkena tembakan adalah orang kulit hitam, kata para pejabat. Tersangka, yang tidak disebutkan namanya oleh polisi, bersenjata lengkap dan mengenakan perlengkapan taktis, termasuk pelindung tubuh, kata polisi.

Baca Juga: Gaya Nyentrik Elon Musk saat Bertemu Presiden Jokowi di Space X

Ketika berhadapan dengan petugas di ruang depan toko, tersangka itu menodongkan pistol ke lehernya sendiri tapi mereka membujuknya untuk menjatuhkan senjata dan menyerah, komisaris polisi Buffalo Joseph Gramaglia mengatakan dalam jumpa pers.

Gramaglia mengatakan pria bersenjata itu menembak dan membunuh tiga orang di tempat parkir Tops Friendly Market sebelum baku tembak dengan seorang mantan polisi yang bekerja sebagai penjaga keamanan toko, tapi tersangka itu selamat karena pelindung tubuhnya.

Penjaga itu adalah salah satu dari 10 orang yang ditembak mati dalam insiden itu, sembilan lainnya adalah pelanggan. Tiga karyawan lain dari toko itu, bagian dari jaringan regional, terluka tapi diperkirakan selamat, kata pihak berwenang.

Stephen Belongia, agen khusus FBI yang berdinas di kantor biro Buffalo, mengatakan serangan itu akan diselidiki baik sebagai kejahatan yang mengandung kebencian dan sebagai tindakan "ekstremisme kekerasan bermotif rasial" berdasarkan hukum federal.

"Orang ini benar-benar jahat," kata Sheriff Wilayah Erie John Garcia, suaranya bergetar karena emosi. "Itu adalah kejahatan yang bermotif kebencian rasial dari seseorang di luar komunitas kami."

Baca Juga: KSP Klaim Sambutan Hangat Joe Biden ke Jokowi Bukti Amerika Percaya Pada Indonesia

Tersangka itu diperkirakan akan muncul pertama kali di pengadilan untuk menghadapi tuduhan pembunuhan pada senja, kata para pejabat.

"Ini adalah hari yang sangat menyakitkan bagi komunitas kami," kata Wali Kota Buffalo Bryon Brown kepada wartawan.

"Banyak dari kita telah keluar masuk supermarket ini berkali-kali... Kita tidak bisa membiarkan orang yang penuh kebencian ini memecah komunitas atau negara kita."

Brown mengatakan dia telah menerima telepon dari Gedung Putih dan jaksa agung New York, Letitia James.

Anggota DPR AS Jerry Nadler, seorang politisi Demokrat asal New York dan ketua Komite Kehakiman DPR, mengatakan serangan itu tampaknya merupakan pekerjaan pengikut ideologi supremasi kulit putih yang mengagungkan kekerasan.

"Kita harus mengesahkan Undang-Undang Pencegahan Terorisme Domestik, tanpa menunda-nunda," tulisnya di Twitter. ANTARA

Load More