Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Sabtu, 21 Mei 2022 | 11:40 WIB
Pelaku pelemparan batu di Pondok Pesantrennya Gus Firjaun [Foto: Suarajatimpost]

SuaraJatim.id - Wabup Jember Jawa Timur Muhammad Balya Firjaun Barlaman (Gus Firjaun) membenarkan kalau pondok pesantren yang dia asuh dilempari batu seorang pria berinisial W (33), Jumat (20/5/2022).

Pria itu ternyata seorang mualaf. Ia membuat gaduh di Pondok Pesantren As-Siddiqi Putra (Astra) yang diasuh Gus Firjaun. Peristiwa pelemparan batu yang dilakukan W terjadi pukul 16.30 WIB.

Pelaku melempari atap pondok pesantren putri di Talangsari Kecamatan Kaliwates. Bahkan, menurut Gus Firjaun, W membawa batu bata dan melemparkannya ke arah salah satu santri.

Gus Firjaun menduga kalau pelaku merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Dia tidak tercatat sebagai santri, hanya saja sering berada di pondok.

Baca Juga: Terpopuler: Wanita Poliandri di Cianjur Ngaku Janda, Nikita Mirzani Bongkar Alasan John Hopkins Mau Mualaf

"Untung santri itu pakai kopiah. Kena kopiahnya, tidak sampai terluka," kata Firjaun seperti dikutip dari beritajatim.com

"Kabarnya dia mualaf. Maka itu, kami terima bergaul dengan teman-teman. Kadang tidur pondok. Kadang ikut meladeni di rumah," katanya menambahkan.

Semua orang mengira dia normal sebab ketika malam tiba Ia berjualan nasi goreng. Hari itu Gus Firjaun tidak tahu kalau pelaku berada di loteng rumah.

"Loteng itu kosong tidak dipakai. Saya tahunya magrib, dikabari. Katanya lempar-lempar ke pondok putri dari jendela. Saya tidak tahu pakai apa melemparnya," kata Firjaun.

Firjaun meminta kepada para santri agar membujuk W turun dari loteng. "Ternyata yang saya suruh ajak dia turun, justru tidak juga turun. Saya bertanya-tanya ada apa. Akhirnya saya naik ke loteng," katanya.

Baca Juga: Geger Seorang Pria Tiba-tiba Mengamuk di Pondok Pesantren Milik Wabup Jember Gus Firjaun

Di sana, Firjaun melihat tubuh W sudah menegang, kaku. Matanya melotot. Firjaun lantas memerintahkan W dibawa ke pondok.
"Setelah agak tenang, saya tinggal untuk salat Magrib. Selesai salat, saya datangi lagi, saya tanya baik-baik: ada masalah apa. Dia tidak menjawab, diam saja," katanya.

Firjaun meminta kepada W agar pulang. "Kalau begini, kamu pulang saja dulu," katanya.

Firjaun kemudian menyerahkan penanganan W kepada santri-santrinya. Ia memilih kembali ke rumah dinas, karena seharian belum pulang. "Saya capek sekali. Tadi banyak tamu," katanya.

Saat hendak pulang, Firjaun kembali dikabari bahwa W kembali ngamuk dan melempar salah satu santri dengan batu bata. "Ketimbang jadi masalah, saya ajak dia pulang. Dia tidak mau pulang. Sama teman-temannya akhirnya setengah dipaksa," katanya.

W berontak saat tangan dan tubuhnya dipegangi banyak orang. Firjaun akhirnya menelepon Kepala Kepolisian Sektor Kaliwates Ajun Komisaris M. Zaenuri. Polisi pun datang mengamankan W.

"Beritanya memang macam-macam. Katanya saya yang diserang," katanya. Gara-gara perbuatan W, jendela di kediaman keluarga besar yang menyatu dengan pesantren pun rusak.

Menurut keterangan S (62), paman W, keponakannya itu sudah menjadi jemaat Gus Diyak Ulhaq, keponakan Firjaun, selama tiga tahun.

Informasi yang diterima polisi, W mengenal santriwati, namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Selain itu, sejumlah usaha yang dibukanya mulai dari berjualan kue leker, nasi goreng, hingga baju selalu mengalami kerugian.

Load More