Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Rabu, 22 Juni 2022 | 14:37 WIB
Warga bergotong royong mengubur sapi [Foto: Beritajatim]

SuaraJatim.id - Kematian sapi akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Ponorogo Jawa Timur terus bertambang. Akibatnya para peternak pun kian gelisah.

Misalnya para peternak di Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo. Banyak ternak mereka mati akibat penyakit ini. Bahkan intensitasnya setiap hari selalu ada ternak mati.

Hal ini diungkapkan Kepala Desa Krisik Kecamatan Pudak, Erwan Santoso. Menurut dia, tiap hari selalu ada sapi mati. Misalnya kemarin, Selasa (21/06/2022), warga bergotong royong mengubur lima sapi.

“Kemarin itu ada 5 sapi yang mati, itu milik 4 peternak,” kata Erwan, seperti dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Rabu (22/6/2022).

Baca Juga: Perayaan Idul Adha di Tengah Wabah PMK, Pemprov Jateng Pastikan Stok Hewan Kurban Melimpah

Data per 21 Juni 2022, sebanyak 936 sapi di Desa Krisik terjangkit PMK. Sapi-sapi tersebut sudah mendapatkan penanganan dari medik veteriner namun belum dapat dipastikan bisa sembuh atau tidak.

Sementara sapi yang mati di desa tersebut mencapai 60 ekor. Sedangkan 160 ekor sapi mati karena potong paksa.

“Ada 60 ekor yang mati di kandang, sedangkan ada 160 ekor yang dipotong paksa,” katanya menegaskan.

Serangan wabah PMK yang terjadi dua minggu ini membuat peternak dilematis. Sebab selain menimbulkan kerugian di bidang ekonomi juga berdampak pada keadaan sosial.

Warga yang mengandalkan pendapatan dari produksi susu sapi harus mengalami kesulitan ekonomi. Belum lagi ancaman sapi mati semakin menyusahkan mereka.

Baca Juga: Sapi Positif Terpapar PMK di Jember Jadi 3.000, Tiap Hari Bertambah 100 Ekor

“PMK sangat berdampak sekali pada ekonomi warga,” katanya.

Keluhan warga lainnya adanya penguburan sapi yang mati. Sebab, dilakukan dengan cara konvensional, sehingga membutuhkan orang banyak untuk menggalinya.

Erwan meminta BPDB Ponorogo untuk meminjamkan alat beratnya, mungkin yang ukuran kecil untuk menggali lubang penguburan.

“Tenaga peternak ini sangat terkuras. Sehari-hari mengurus sapi yang terpapar atau yang sehat, nah saat ini masih dibebani lagi tenaga untuk menggali lubang," ujarnya.

"Kami menginginkan bantuan alat berat mungkin yang ukuran kecil untuk menggali lubang penguburan,” katanya menegaskan.

Load More