Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 13 Juli 2022 | 20:09 WIB
Salah satu siswa di SDN Jalen, Ponorogo. [Foto:Endra Dwiono/Beritajatim.com]

SuaraJatim.id - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang sekolah dasar (SD) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur tahun ini banyak yang tidak memenuhi pagu. Bahkan ada yang tak memenuhi syarat minimal, yakni tiga siswa.

Seperti yang terjadi di SD Negeri Jalen, Kecamatan Balong. Tercatat hanya satu anak yang mendaftar PPDB di sekolah setempat.

Alhasil, tahun ajaran baru kelas 1 di SDN Jalen hanya ada seorang siswa saja, yakni atas nama Khoirul.

Kepala SDN Jalen Ponorogo Dedi Agung Nugroho mengatakan, satu-satunya siswa kelas 1 adalah warga yang rumahnya tidak jauh dari sekolah. Alasan orangtua Khoirul tetap menyekolahkan anaknya di SDN Jalen, karena kakaknya juga alumni SD tersebut.

Baca Juga: Es Krim Asap Berisi Nitrogen Cair Menyembur Api Dan Bakar Badan Anak 5 Tahun

“Selain karena jarak sekolah dengan rumah dekat, kakak Khoirul alumni SDN Jalen. Sehingga orangtuanya tetap menyekolahkan di SD sini meski hanya Ia saja yang kelas 1,” ungkap Dedi Agung Nugroho, Rabu (13/7/2022).

Ia menambahkan, total siswa di SDN Jalen ada 34 siswa. Sejak lima tahun terakhir, sekolah ini mengalami penurunan jumlah peserta didik. PPBD tahun lalu misalnya, hanya ada tiga pendaftar.

Salah satu faktor penurunan siswa di SDN Jalen, karena keberadaan madrasah ibtidaiyah (MI) swasta di desa setempat. Sehingga kemungkinan orangtua lebih memilih untuk menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan tersebut.

“5 tahun lalu di Desa Jalen ini berdiri MI swasta, sejak saat itu jumlah siswa mulai menurun,” katanya.

Sebenarnya selama ini pihaknya sudah berusaha keras untuk menjaring siswa peserta didik baru. Para guru sudah melakukan sosialisasi ke taman kanak-kanak (TK) di Desa Jalen dan sekitarnya. Selain itu, program keagamaan di sekolahnya juga sudah Ia tingkatkan. Namun, nampaknya usaha-usaha itu belum membuahkan hasilnya.

Baca Juga: Es Krim Asap atau Es Ciki Kebul yang Berisi Nitrogen Makan Korban, Meledak saat Dimakan Bocah Ponorogo

“Kita juga sudah berupaya keras, dengan sosialisasi di TK-TK. Selain itu juga meningkatkan program keagamaanya juga,” ungkapnya.

Meski kelas 1 hanya ada satu siswa, Dedi mengaku pihaknya tetap melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM). Untuk sementara, ruangannya digabungkan dengan kelas 2 yang siswanya ada 3 anak. Sebab, aspirasi dari orangtua supaya ada temannya dulu kelas.

“Anaknya masih adaptasi dulu. Kita jadikan satu dengan kelas 2. Jadi KBM-nya ada 2 guru, ” pungkasnya. 

Load More