SuaraJatim.id - Otoritas Rusia melarang media investigatif Bellingcat dan mitra lokal utamanya beroperasi di wilayah setempat. Alasannya, eksistensi media tersebut mengancam keamanan.
Jaksa Agung Rusia mengatakan bahwa kegiatan Bellingcat dan mitranya, The Insider, "membawa tantangan... terhadap keamanan federasi Rusia."
Keduanya akan ditambahkan ke daftar "tidak diinginkan" Rusia, yang membuat mereka tak dapat beroperasi di Rusia.
"Dengan demikian pula, akan menjadi ilegal bagi individu dan organisasi Rusia untuk bekerja sama dengan mereka," kata Jaksa Agung.
Pendiri Bellingcat Eliot Higgins menepis larangan tersebut, dan menulis cuitan di Twitter: "Bellingcat tidak memiliki kehadiran secara legal, keuangan, maupun staff (di Rusia), jadi ini belum jelas bagaimana Rusia berharap untuk menegakkan ini."
Sementara itu, The Insider berpusat secara legal di Latvia, sebuah langkah yang dirancang untuk melindung media itu dari otoritas Rusia.
The Insider telah bekerja dengan Bellingcat dalam kebanyakan investigasi tingkat tinggi organisasi tersebut dalam lima tahun terakhir, termasuk mengidentifikasi dan melacak pergerakan personel di balik tindakan meracuni mata-mata Rusia Sergei Skripal di Inggris pada tahu 2018.
Dalam langkah skala besar untuk menendang oposisi dan perbedaan pendapat, Rusia telah menamai puluhan organisasi internasional non-pemerintah dan kelompok masyarakat sipil dalam daftar "tidak diinginkan", dan ratusan kelompok domestik dan jurnalis yang kontra terhadap Kremlin telah disebut sebagai "agen asing".
Upaya tersebut telah semakin intens sejak Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina di bulan Februari, sebuah kampanye yang disebut Kremlin sebagai "operasi militer khusus", dengan hampir semua kelompok independen dipaksa untuk diasingkan, dan aturan-aturan baru yang mengkritik angkatan bersenjata dapat diganjar hukuman hingga 15 tahun penjara.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Ajak Negara G20 Pikirkan Ancaman Kelaparan yang Bakal Melanda Dunia
Media Bellingcat yang berbasis di Belanda mengekspos para tentara yang didanai oleh Rusia di balik jatuhnnya pesawat Malaysian Airlines MH17 di atas bagian timur Ukraina pada tahun 2014 dan mengungkap bahwa agen-agen FSB, dinas intelijen Rusia, dikirim untuk meracuni kritikus Kremlin Alexei Navalny pada tahun 2020. [Antara]
Berita Terkait
-
Presiden Brazil: Saya Tahu Cara Menyelesaikan Perang Rusia - Ukraina
-
Kota Vinnytsia Ukraina Dihantam Rudal, Korban Tewas 20 Warga Sipil
-
Menkeu Sri Mulyani Ajak Negara G20 Pikirkan Ancaman Kelaparan yang Bakal Melanda Dunia
-
Presiden Brazil Punya Cara Selesaikan Perang Rusia Ukraina, 18 Juli akan Telepon Zelenskyy
-
Bank Sentral Rusia Tegaskan Hanya Dukung Rubel Digital, Big No untuk Stablecoin!
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
Ruang Kelas SD Negeri Ambruk di Situbondo, Buntut Material Lapuk dan Tua!
-
DPRD Jatim Bahas Perubahan Perangkat Daerah, Urusan Ekonomi Kreatif Masuk Disbudpar
-
DPRD Jatim Usulkan Digitalisasi Pengawasan dan Pelaporan Pajak
-
Benarkah BSU 2025 Tak Cair Lagi Akhir Tahun? Ini Faktanya
-
APBD Jatim 2026 Disetujui, Gubernur Khofifah Pastikan Jalankan Sejumlah Program Prioritas