Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Sabtu, 23 Juli 2022 | 16:12 WIB
Ilustrasi kekerasan seksual atau pemerkosaan santriwati di Tuban. (freepik.com)

SuaraJatim.id - Kasus dugaan kekerasan seksual di Jawa Timur kembali terjadi. Seorang santriwati berusia 14 tahun di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban diduga mengalami pemerkosaan olah kiai pondok pesantren setempat berinisial AH (22).

Seperti diwartakan Suaraindonesia.co.id jejaring Suara.com, santriwati diperkosa di kawasan ponpes.

Bahkan, pada Selasa (19/7/2022) kemarin, korban dikabarkan melahirkan bayi laki-laki dengan berat kurang lebih 2,90 kilogram di salah satu puskesmas. 

Korban mengalami trauma berat karena harus menanggung malu.

Baca Juga: Petisi Santri Tuntut Keadilan Hukuman Terhadap Bechi Pelaku Kekerasan Seksual, Terkumpul 33 Ribu Tanda Tangan

Salah seorang tokoh masyarakat N mengungkapkan, kejadian yang menimpa gadis belia tersebut hampir sama dengan kasus pondok pesantren yang berada di Jombang, Jawa Timur.

Namun, orang tua korban tidak berani melaporkan kejadian yang menimpa anaknya tersebut.

"Kemarin orangtua korban ini sempat ingin melaporkan kejadian yang menimpa anaknya. Namun orangtua korban berubah pikiran, tidak berani melapor. Alasannya karena diduga pelaku ini anak kiai yang sangat dihormati warga," katanya.

N menuturkan, korban merupakan santriwati yang setiap sore belajar mengaji di pondok pesantren milik orang tua (pengasuh ponpes) dari AH.

Namun sejak tahun lalu, korban bersama santri lainnya diharuskan menginap di pondok pesantren tersebut.

Baca Juga: Cegah Kekerasan Seksual pada Anak, Ini yang Perlu Diajarkan Orang Tua Menurut Psikolog

"Sebelumnya setiap sore hari para santri di desa ini mengaji, lalu malamnya pulang. Sejak tahun lalu semua santri diharuskan bermalam dan tidur di bangunan semacam aula. Untuk santri laki-laki tidur di lantai bawah dan yang perempuan tidur di lantai atas," tuturnya.

Aksi dugaan pemerkosaan yang diduga dilakukan AH, lanjut N, terjadi pada saat korban bermalam dan tidur di pondok pesantren.

N menyebut, santri lainnya juga seringkali melihat aksi bejat A terhadap korban di malam hari. Namun para santri takut untuk mengungkapkan kejadian tersebut, karena diduga pelaku merupakan anak seorang kiai.

"Banyak santri lain juga mengaku sering melihat kejadian yang menimpa korban. Tapi mereka tidak berani ngomong, karena diduga pelaku ini juga guru mengaji," ungkapnya.

Menurut N, korban dan keluarga saat ini sudah mendapat pendampingan dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemerintahan Masyarakat Desa (Dinsos P3A dan PMD) Kabupaten Tuban, dan pihak kecamatan setempat.

"Korban mengalami trauma dan orangtua syok atas kejadian ini. Apalagi pelakunya juga seperti tidak mau tanggungjawab dan merasa tidak bersalah," jelasnya.

Sementara itu, Saji salah seorang warga setempat mengatakan, kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh anak kiai tersebut sudah ketahui warga setempat.

Ia mengaku warga sekitar tidak bisa berbuat apa-apa dan takut, karena diduga pelaku merupakan anak seorang kiai yang sering mengisi acara keagamaan.

Saji hanya berharap ada ketegasan dari semua pihak untuk mengungkap kasus tersebut. Sehingga korban dan keluarga segera mendapatkan perlindungan dan keadilan. 

"Aparat penegak hukum seharusnya turun, kasihan korban, harusnya mendapatkan keadilan atas apa yang menimpanya," terangnya.

Sementara itu, Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Tuban Aiptu Narko mengatakan, pihaknya hari ini akan segera turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan atas kasus pemerkosaan yang diduga dilakukan oleh anak seorang kiai.

"Kami akan jemput bola, hari ini kita turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan," tandasnya.

Load More