Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 21 September 2022 | 22:23 WIB
Struktur bangunan sisi selatan Sites Watesumpak di Desa Watesumpak, Kecamatan Trwowulan, Mojokerto yang berbelok ke arah selatan yang diduga pagar, Rabu (21/9/2022). [Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia]

SuaraJatim.id - Situs Watesumpak di Desa Watesumpak di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur untuk kali pertama sejak ditemukan diekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim).

Ekskavasi situs yang kali pertama ditemukan 14 tahun silam dilakukan dalam waktu 10 hari mendatang, mulai 19-28 September 2022. Dari temuan yang ada di dalam situs, terindikasi jika wilayah tersebut dahulunya merupakan pemukiman karena ditemukan genting yang disinyalir berasal dari era Majapahit.

"Genting ini jumlahnya banyak, tapi pecahan. Genting ini mengindikasikan era Majapahit yang sering kita jumpai di situs-situs pemukiman-pemukiman era kerajaan Majapahit seperti Segaran, Grogol, sumur Upas itu juga indikasinya ke sana," kata Koordinator Tim Eskavasi Situs Watesumpak, Vidi Susanto seperti dikutip Timesindonesia.co.id-jaringan Suara.com.

Ia mengemukakan, selain temuan genting, juga ada ukel, bumbungan atap semacam kemuncak, dan juga miniatur atap bangunan candi.

Baca Juga: Pemkab Jombang akan Perpanjang Durasi Ekskavasi Situs Pandegong

"Dengan adanya temuan-temuan genting, bubungan atap kemudian adanya ukel itu mengindikasikan bangunan-bangunan yang bertiang, bisa jadi sifatnya organik ya (kayu red) di atasnya ada genteng itu ya lalu berdiri di atas umpak, hanya saja kita belum tahu umpaknya batu bata atau batu," katanya.

Meski begitu, BPCB Jatim belum bisa memastikan angka tahun benda yang ditemukan tersebut karena tidak adanya temuan primer yang menunjukkan angka tahun seperti relief, prasasti, dan sebagainya.

"Kalau tahun dengan indikasi temuan genting, itu beberapa dengan analogi situs-situs yang lain itu memang mengarah ke arah pemukiman yang ada di era Majapahit," jelasnya.

Selain itu, dia mengemukakan, adanya temuan tambahan di sekitar lokasi juga menjadi informasi tambahan yang mengindikasikan jika sejumlah barang peninggalan tersebut berasal dari Dinasti Yuan.

"Temuan tambahan yakni temuan wadah, yakni seperti jambangan, periuk, vas bunga, itu juga kita temukan disini, untuk porselinnya itu dari Dinasti Yuan, abad 10-12. Kalau Dinasti Yuan itu otomatis masuk era kerajaan Majapahit," sambungnya.

Baca Juga: Tim Ekskavasi Temukan Potongan Arca Nandiswara di Situs Pandegong Jombang

Vidi juga mengemukakan, jika genting-genting serupa diduga berasal dari pemukiman pada era Kerajaan Majapahit.

"Temuan ini biasanya ditemukan di situs-situs pemukiman era Majapahit," tegasnya.

Vidi lantas menunjukkan fragmen mangkok dari Dinasti Yuan.

"Ini mangkok dari Dinasti Yuan, siladon Yuan, tipenya longkuan. Ada banyak mangkok dalam satu situ ini. Ada unsur mineralnya juga. Ia disebut porselin karena pembakarannya tinggi dari tembikar dan ia juga berglasir. Glasirnya ini warnanya hijau seladon," terangnya.

Glasir merupakan cat keramik yang tidak hanya menambah warna, namun juga lapisan tipis kaca yang berkilauan

"Bahan dasarnya kaolin. Lalu dibakar dengan suhu tinggi. Sedangkan warna hijau ini dari glasir. Warnanya ini yang mengindikasikan dari Dinasti Yuan, terutama warna hijau. Sebenarnya siladon hijau ini banyak muncul di Era Dinasti Song, namun berkembang di era Dinasti Yuan," sambungnya.

Kaolin merupakan massa batuan yang kemudian tersusun dari material lempung berkandungan besi rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan.

Temuan yang lain dalam eskavasi ini adalah ditemukannya ukel. Ukel sendiri biasanya dipakai di sudutan-sudutan atap rumah.

"Biasanya di sudutan-sudutan atap rumah. Biasanya atap berbentuk limas, itu sudutannya terdapat ukel," katanya.

Lebih lanjut, ia mengemukakan, jika situs Watesumpak bukan pemukiman warga biasa karena ditemukan belokan di sebelah selatan yang mirip pagar. Sehingga ia menduga pemukiman di Situs Watesumpak merupakan pemukiman kalangan elite bangsawan.

"Data ini masih kita dapatkan dengan pembanding dengan relief di museum Pusat Informasi Majapahit (PIM) itu pola pemukimannya di dalam sebuah pagar, lalu di dalamnya ada pembagian ruang, ada rumah-rumah begitu, dia masuknya lewat gapura, kalau zaman sekarang bisa dilihat di pemukiman yang ada di Bali."

Dengan adanya temuan model bangunan tersebut, sebenarnya menjadi pembeda dalam konteks pemukiman di masa Kerajaan Majapahit.

"Hal ini membedakan antara pemukiman orang biasa dengan bangsawan. Dalam kitab Negarakertagama itu pemukiman warga biasa kan berbanjar, jadi tidak punya pagar. Kalau yang punya pagar. Kalau yang punya pagar itu bisa keraton, puri, bisa pemukiman bangsawan, atau kerabat keraton," jelasnya.

Load More