Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 02 Oktober 2022 | 12:24 WIB
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya Surabaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). [ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto]

SuaraJatim.id - Duel Arema FC vs Persebaya Surabaya yang digelar di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (2/10/2022) memakan ratusan korban jiwa. Setidaknya ada sebanyak 127 orang tewas akibat insiden tersebut.

Seorang warganet yang juga menonton pertandingan di Stadion Kanjuruhan menceritakan kronologi bagaimana insiden nahas itu bermula.

Hal itu diceritakan melalui sebuah utas di akun Twitter @RezqiWahyu_05.

"Assalamualaikum sebelumnya saya turut berduka cita sedalam-dalamnya terhadap korban insiden yang terjadi di stadion Kanjuruhan pertandingan Arema vs Persebaya. Yg kedua syukur alhamdulillah, saya diberi keselamatan sampai di rumah dan bisa menceritakan kronologi versi saya pribadi disini," cuitnya.

Baca Juga: Buntut Tragedi Stadion Kanjuruhan, Jokowi Minta Liga 1 Dihentikan

Dia menceritakan, duel Arema vs Persebaya sebelumnya sempat berlangsung kondusif.

Semua berjalan aman dan tertib hingga kick off pukul 20.00 WIB.

Kick off dimulai dan pertandingan berjalan aman, tanpa kericuhan sedikitpun.

Babak pertama selesai, dan saat jeda istirahat, ada sekitar 2-3 kali kericuhan sedikit di tribun 12-13, namun bisa segera diamankan oleh pihak berwenang.

Babak ke-2 berlanjut dan tim Persebaya berhasil mencetak gol yang ke-3.

Baca Juga: Perintah Jokowi, Kapolri Investigasi Total Tragedi Sepak Bola di Kanjuruhan

Sayangnya, hingga peluit akhir dibunyikan, tim Singo Edan tidak bisa menambah gol, dan harus menerima kekalahan.

"Disinilah awal mula tragedi dimulai...Setelah peluit di bunyikan, para pemain arema tertunduk lesu dan kecewa," ujarnya.

Pada saat itu, pelatih Arema dan tim manager mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke supporter.

Disisi lain, ada 1 orang supporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa.

"(suporter) Terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka. Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema, terlihat John Alfarizie mencoba memberi pengertian kepadan oknum-oknum tersebut," lanjutnya.

Namun, oknum tersebut semakin banyak berdatangan hingga situasi tidak kondusif di lapangan.

Bahkan, sejumlah suporter juga melempar berbagai macam benda ke arah lapangan.

Akhirnya pemain pun digiring masuk ke dalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib.

Setelah pemain masuk, supporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan.

Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para supporter.

"menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung dengan tongkat panjang, 1 supporter di keroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," jelasnya.

Saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan itu lah, supporter dari sisi utara gantian menyerang ke arah aparat. Alhasil, kondisi di lapangan menjadi semakin tidak kondusif.

Aparat pun akhirnya melontarkan tembakan gas air mata ke arah supporter yang ada di lapangan.

"Silih berganti supporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara. Yang ahirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakan gas air mata ke arah supporter," tulisnya.

Menurutnya, puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah supporter. Bahkan, di setiap sudut lapangan juha telah dikelilingi gas air mata.

"Ada juga yang langsung di tembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10," lanjutnya.

Para supporter yang panik karena gas air mata, menjadi semakin ricuh di atas tribun. Mereka pun berlarian mencari pintu keluar. Namun sayangnya saat itu pintu keluar sudah penuh sesak karena para supporter panik terkena gas air mata.

"Banyak ibu-ibu wanita-wanita orang tua dan anak anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet," jelasnya.

Dalam pengamatannya, di luar stadion sudah banyak supporter yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata.

Sekitar pukul 22.30 WIB, lanjutnya, juga masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat.

Selain itu juga kembali terjadi beberapa tembakan gas air mata di luar stadion. Lebih tepatnya disekitar tribun 2 Stadion Kanjuruhan.

Saat itu kondisi luar stadion kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak supporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita.

"supporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kaya makian dan amarah. Batu batako, besi dan bambu berterbangan," imbuhnya.

Pemilik akun sendiri mengungkapkan jika tragedi ini merupakan titik terendah dirinya selama menjadi seorang supporter.

"Dan selama saya jadi supporter arema... Saya dikenalkan arema oleh orang tua saya saat tahun 2007 hingga saat ini... Hari ini 1 Oktober 2022 adalah titik terendah saya menjadi seorang supporter," ujarnya.

Ia pun masih belum percaya jika dirinya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana peristiwa itu terjadi.

"Saya masih belum percaya menyaksikan saudara-saudara saya dengan kondisi seperti ini," pungkasnya.

Kontributor : Fisca Tanjung

Load More