Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Senin, 23 Oktober 2023 | 15:25 WIB
Visual Gunung Bromo di Jawa Timur, Senin (23/10/2023). ANTARA/HO-PVMBG

SuaraJatim.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada peningkatakan aktivitas deformasi di Gunung Bromo.

Peningkatan tersebut menandakan magma di dalam tubuh gunung api tersebut semakin mendekati permukaan.

Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, pengukuran yang menunjukkan aktivitas deformasi dilakukan menggunakan tiltmeter dengan peningkatan pada sumbu kawah.

"Penggembungan tubuh gunung api (inflasi) sejak Mei 2023, sebesar 40 mikroradian pada sumbu Tangensial (tegak lurus kawah) dan 50 mikroradian pada sumbu Radial (mengarah ke kawah)," kata Hendra dikutip dari Antara, Senin (23/10/2023).

Secara visual, terlihat asap kawah berwarna putih tipis hingga tebal dengan tinggi mencapai maksimum 700 meter ke luar dari kawah Gunung Bromo.

Baca Juga: Kondisi Savana Bromo Terkini Usai Kebakaran, Sudah Mulai Menghijau

Pihaknya juga mencatat, adanya suara gemuruh pada dasar kawah dengan tingkat sedang. Malam hari terlihat sinar api di beberapa titik dasar kawah. Fenomena tersebut masih terlihat hingga 21 Oktober 2023.

PPVMBG juga mengingatkan adanya gas yang dikeluarkan dari kawah. Pada 22 Oktober 2023, terjadi konsentrasi gas sulfur dioksida maksimum 4,3 part per million (ppm) dan gas hidrogen sulfida maksimum 1,7 ppm.

Angka gas sulfur tersebut lebih tinggi dari ambang batas yang dapat ditoleransi oleh manusia, yaitu 2 ppm. Tercium sedang hingga kuat dari bibir kawah.

Sementara itu, terkait dengan kegempaan tremor masih terjadi dengan amplitudo maksimum 1 milimeter yang menunjukkan adanya suplai fluida (gas, cairan, padatan batuan) ke kedalaman lebih dangkal atau berasosiasi dengan aktivitas emisi gas ke permukaan.

Selain itu, juga terjadi anomali panas dan peningkatan radiasi suhu kawah Bromo yang ditunjukkan dari pantauan satelit. Situasi tersebut sebenarnya sudah terpantau sejak Mei 2023.

Hendra memperingatkan adanya erupsi freatik ataupun magmatik menghasilkan material erupsi berupa abu dan lontaran batu (pijar) dengan radius 1 kilometer dari pusat kawah. Tidak hanya itu, muncul juga potensi gas-gas vulkanik yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan.

Baca Juga: Viral Video Ngadas Malang Diterjang Angin Kencang, Debu Berterbangan Tutupi Pandangan

Load More