SuaraJatim.id - Jatim Media Summit (JMS) 2024 digelar dengan konsep berbeda. Tahun ini JMS roadshow ke Universitas Bojonegoro pada Senin (15/7/2024).
JMS 2024 mengangkat tema Kiat Produksi Konten Digital dengan AI Berbasis Fakta dan Data.
CEO & Pemimpin Redaksi beritajatim.com Dwi Eko Lokononto mengatakan, Bojonegoro dipilih mengingat perannya yang sangat penting dalam menopang ekonomi.
"Menurut kami kabupaten ini yang sangat penting, dan menjadi salah satu penopang perekonomian. Selagi perekonomian ini masih bagus, kami ingin mencoba membangun ekosistem dan peluang di industri digital kreatif, salah satunya lewat JMS ini," ujar Dwi Eko.
Rektor Universitas Bojonegoro Tri Astuti Handayani menilai sangat penting untuk mahasiswa dan masyarakat.
"Kerja sama ini sangat penting bagi kami karena sangat sesuai visi dan misi Universitas Bojonegoro. Selain itu, pemerintah mengajak universitas untuk mencetak lulusan yang dikemas secara kreatif dan inovatif sehingga bersaing di dunia kerja," kata Tri Astuti.
Tri Astuti menyampaikan, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang pesat. "Oleh sebab itu roadshow ini sangat penting dan sangat bermanfaat bagi kami," katanya.
Menurutnya, roadshow JMS 2024 memberikan ilmu, salah satunya menemukan strategi dan produksi konten digital. Sangat bermanfaat untuk menghasilkan pundi-pundi uang.
"Kami berharap dengan adanya roadshow JMS 2024 ini juga bisa ditindaklanjuti oleh penyelenggara dengan baik," katanya.
Baca Juga: Iseng Rekayasa Foto Jadi Gambar Syur, Pemuda Gresik Terancam Penjara 8 Tahun
Dalam perhelatannya, roadshow JMS edisi Bojonegoro diisi oleh dua pemateri yang sangat mumpuni saat menyampaikan materi, yakni Andre Yuris selaku Trainer Google News Initiative Network sekaligus Jurnalis dan Pemeriksa Fakta di Tempo. Pembicara kedua Esther Irawati Setiawan, selaku Kepala Jurusan S1 Informatika Program Profesional di Institut STTS
Andre memaparkan materi mengenai model dan alat Verifikasi. Ia menjelaskan jika peran media dalam melawan hoaks secara global. Dia menjelaskan hoaks mudah menyebar karena Indeks literasi Digital Indonesia masih rendah, yakni hanya 3,49. "Ini hanya beberapa strip di atas Timor Leste," jelasnya.
"Hoaks ini fenomena global, terjadi di semua negara. Oleh karena itu media, pemerintah, civitas akademika, dan semua pihak harus berperan meluruskan itu semua," jelas Andre.
Ia menjelaskan, ada tujuh alasan hoaks mudah menyebar, pertama tidak mencermati sumber informasi, tidak sabar dan kurang perhatian, malas secara kognitif, emosi mengalahkan rasionalitas, tekanan sosial, confirmation bias dan pengulangan efek kebenaran bias.
Sementara itu, Esther Irawati Setiawan membawakan materi 'Produksi Konten Digital menggunakan AI, berdasarkan Fakta dan Data'.
“AI ini hanya untuk tools yang bisa menghemat waktu dan biaya,” tegas Esther saat membuka sesi kedua. Ia juga menjelaskan jika kita tidak perlu takut ke AI, cukup menerima dan menggunakan secara bijaksana.
Berita Terkait
Terpopuler
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
-
Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan
-
Emas Antam Menggila, Harga Naik Kembali ke Rp 1,9 Juta per Gram
-
Waduh! Cedera Kevin Diks Mengkhawatirkan, Batal Debut di Bundesliga
Terkini
-
Bella Anjani Mahasiswi IKADO Surabaya Dorong Generasi Z LAWAN 'Narsisme' dengan Buku Ilustrasi
-
Niat Sholat Rebo Wekasan di Bulan Safar, Amalan Tolak Bala Beserta Pandangan Ulama
-
Festival Mangrove, Gubernur Khofifah Ajak Warga Jaga Ekosistem dan Bangun Ekonomi Berkelanjutan
-
DPRD Jatim Kritik Anggaran untuk Isu Perempuan dan Anak di Rancangan P-APBD 2025
-
DPRD Jatim Soroti Defisit dan Ketergantungan SiLPA di P-APBD 2025 yang Membengkak