Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Selasa, 14 Januari 2025 | 06:29 WIB
Ilustrasi penipuan online (Twitter/@kgblgnunfaedh)

Tugas kedua dijalankan dengan komisi Rp200 ribu. Raihan mendapatkan uang Rp700 ribu beserta uang deposit yang dikirim sebelumnya.

Dia pun mendapatkan tugas kedua dengan deposit yang lebih besar. Tanpa rasa curiga uang yang diminta untuk disetorkan dikirim.

Namun, pada tugas kedua ini Raihan dianggap gagal. Raihan dinilai tidak bisa menyelesaikannya, meskipun semua instruksi sudah dijalankan. Admin grup memberikan solusi yang mengharuskan Raihan menyetorkan uang tambahan sebesar Rp8 juta dengan janji uang tersebut akan kembali setelah selesai.

“Uang tabungan sejak SMA saya pakai. Bahkan saya meminjam uang ibu karena saldo di ATM sudah habis,” ungkapnya.

Baca Juga: Dapat Makan Siang Gratis, Siswa SMK di Surabaya Bersyukur Uang Jajannya Utuh

Uang yang diminta admin sebagai solusi dikirim. Akan tetapi, Raihan kembali disuruh menyetorkan uang Rp8 juta agar bisa menarik seluruh uangnya.

Kecurigaan ada yang tidak beres terjadi. Ibu Raihan merasa ada yang janggal dengan permintaan admin tersebut.

Setelah memeriksa riwayat percakapan, mereka menyadari bahwa ini adalah modus penipuan.

Total kerugian yang dialami Raihan mencapai Rp 11,8 juta. Saat mencoba mencari informasi pemilik rekening yang digunakan pelaku melalui bank, pihak bank menolak memberikan data dengan alasan privasi. “Pihak bank hanya menjelaskan bahwa biasanya rekening dibuat oleh orang lain yang disuruh pelaku,” kata Raihan.

Baca Juga: Eri Cahyadi Kerahkan Pasukan Khusus, Koin Jagat Ilegal di Surabaya?

Load More