SuaraJatim.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur mengungkap fakta mengejutkan mengenai risiko anemia yang masih tinggi pada pelajar sekolah dasar (SD) atau sederajat.
Data yang dimiliki Dinkes Jatim menyebutkan jika penderita anemia di tingkat pelajar SD/MI di Jatim naik. Pada triwulan ketiga 2024 angka penderita anemia kelompok usia ini naik 0,14 dibanding 2023.
Masalah anemia pada anak usia sekolah dasar masih menjadi pekerjaan rumah Dinkes Jawa Timur. Sementara itu, angka prevelensi stunting perlahan mulai menurun.
Data dari Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) menyebutkan, rata-rata prevalensi stunting Januari-November 2024 di Jatim 5,96 persen. Angka ini turun 0,08 persen dari capaian Januari-Juni 2024, yakni 6,10 persen dan sudah di bawah target 14 persen.
“Meski turun, dibutuhkan percepatan penurunan semua sektor. Nah, program MBG ini sejalan dengan pengentasan stunting baik nasional maupun di Jatim. Meskipun angkanya turun, tapi masih cukup tinggi. Itu sebabnya kami butuh lintasektor. (Dinkes Jatim) tidak bisa jalan sendiri,” ujar Kepala Seksi Kesehatan Gizi Masyarakat Dinkes Jatim, Cici Swi Antika di Surabaya, Kamis (27/2/2025).
Cici mengungkapkan program makan bergizi gratis (MBG) memiliki keunggulan, tidak hanya untuk sekarang, tapi juga masa depan anak-anak.
“Tujuan utama dari program MBG ini untuk meningkatkan pemenuhan gizi, memperbaiki prestasi, meningkatkan kesejahteraan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja atau memberantas kemiskinan,” jelasnya.
MBG menurutnya, memiliki keunggulan di antaranya mendukung ketahanan pangan, membangun sustainable ecosystem, memberikan pelatihan untuk peningkatan kapasitas, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, dan membuka peluang investasi untuk hilirisasi.
Program MBG menyasar anak sekolah dan pesantren di seluruh jenjang, ibu hamil, balita bermasalah gizi, ibu menyusui, dan balita bergizi normal.
Baca Juga: Program MBG di Sumenep Berhenti Dulu
Untuk angka kematian ibu (AKI) di Jatim pada 2024 mencapai rencana strategis, yakni 82,56 per 100.000 atau masih di bawah 93,34. Begitu juga dengan kematian bayi (AKB) pada 2024 tercatat 3.754 atau turun dari tahun 2023 yang mencapai 3.938.
Sementara itu, Corporate Communication Manager PT Frisian Flag Indonesia, Fetti Fadliah menyebut pemenuhan gizi harian pada anak-anak belum tercukupi. Satu dari empat anak masih stunting, kemudian anemia pada remaja putri, kurangnya pemenuhan zat besi, dan overweight atau obesitas.
Perlu ada perhatian dari sejumlah pihak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
Terkini
-
5 Prompt Membuat Pas Foto Nikah di Gemini AI, Gampang dan Realistis
-
7 Link DANA Kaget Terbaru Hari Ini, Dapatkan Kesempatan Klaim Ratusan Ribu Rupiah
-
Khofifah Ajak Masyarakat Ramaikan Moto2 Mandalika: Dukung Mario Aji
-
Resmikan Mandiri Private Office Surabaya, Bank Mandiri Akselerasi Layanan Wealth Management
-
Kualitas BBM Pertamina Buruk? Begini Cara Lapor