Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Senin, 17 Maret 2025 | 17:43 WIB
Bupati Ngawi Ony Anwar. [Ist]

SuaraJatim.id - Ramadan bukan hanya menahan lapar dan dahaga. Makna Ramadan jauh lebih besar. Pahala di bulan tersebut juga jauh berlipat ganda. Karena itu, Bupati Ngawi Ony Anwar mengajak masyarakat merefleksikan makna penting Ramadan.

Ajakan itu disampaikan Ony Anwar saat mengisi tausiyah keagamaan di Aula Megawati Soekarnoputri, di Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, di Surabaya.

"Kalau ibadah yang lain pahalanya antara 10-700 lipat. Kalau puasa di bulan Ramadan, ini untuk Allah. Sehingga Allah yang menentukan jumlah pahalanya. Jadi bisa jumlahnya tidak terhingga," ucapnya.

Bagi pria yang kini menjabat sebagai wakil ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) PDIP Jatim, ada tiga esensi Ramadan. Semua itu jika dilakukan, maka akan membuat orang menjadi golongan yang bertakwa pada Allah SWT atau biasa disebut Muttaqin.

Baca Juga: Di Jatim, 3.050 Penerima dan 45 Yayasan Memperoleh Santunan Berbagi Kebaikan Ramadan 1446 H dari Bank Mandiri Group

Esensi yang ia maksud adalah menyegerakan mohon ampun ketika berbuat dosa, ikhlas dalam bersedekah, dan mampu menahan amarah. Termasuk di dalamnya adalah merawat silaturahmi dengan keluarga terdekat.

"Dalam surat Ali Imran ayat 134 dijelaskan: ketika kita mendapati suatu kesalahan kekhilafan ini Allah meminta kita menyegerakan mohon ampun ke Allah, yang oleh Allah akan diganjar surga yang luasnya langit dan bumi," ungkapnya.

Menurutnya, meski terlihat sederhana, tiga hal itu cenderung sulit dilakukan. Hal ini, juga tercatat dalam riwayat hadis. Ony mencontohkan pada aspek ketiga yakni merawat silaturahmi. Seringkali dalam satu keluarga, orang tua lebih fokus pada anaknya yang sedang di perantauan.

"Tanpa sadar setiap hari anak lainnya yang selalu menjaga dan merawatnya. Kadang kita lupa tiap hari kita berinteraksi, ini yang harus kita pahami dulu. Saudara kita, kerabat kita, orang tua kita baru yang lainnya, kadang ini malah kelewatan," sebutnya.

Selanjutnya pada aspek mohon ampunan. Menurut Ony saat sekarang bangsa ini sangat beruntung. Sebab budaya saling memaafkan sudah terjaga. Dulu budaya ini diawali oleh Soekarno bersama para alim ulama yang membuat kegiatan bernama halal bihalal usai Ramadan. Dengan ini masyarakat tak perlu malu jika ingin minta maaf maupun memaafkan.

Baca Juga: Buka Puasa Gratis dan Konser Musik? BRI Hadirkan Festival Ramadan Meriah di GBK!

"Dulu Pak Soekarno dengan alim ulama yang membudayakan halal bihalal. Kalau tidak ada acara itu mungkin minta maaf itu gengsi. Ketika halal bihalal kita selamanya rame-rame jadi gengsinya hilang," terang Ony.

Load More