Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Senin, 24 Maret 2025 | 13:34 WIB
ilustrasi kebakaran (Clay Banks/Unsplash)

SuaraJatim.id - Sebuah sumur yang ada di Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro tiba - tiba mengeluarkan api setinggi 5 meter.

Diduga sumur tersebut mengeluarkan gas yang kemudian tersulut api hingga menyala tinggi.

Menurut informasi, gas tersebut berasal dari pengeboran sumur di salah satu masjid yang masih dibangun.

Semburan gas dan api di sumur tersebut pertama kali muncul pada Rabu (19/3/2025). Awalnya sedang digali sumur bor di sebuah masjid yang sedang dibangun. Tiba - tiba sumur tersebut meledak dan menyemburkan api setinggi 4 meter.

Baca Juga: Tips Aman Tinggalkan Rumah Saat Lebaran dari Pemkot Surabaya, Mudik Jadi Tenang

Sumur tersebut awalnya tidak mengeluarkan api. Namun tiba - tiba menyala membara. Muncul dugaan api itu berasal dari ulah orang iseng yang sengaja menyalakan rokok didekat sumur bor yang mengeluarkan gas.

Satu orang dilaporkan terluka dalam kejadian tersebut. Korban ialah Kepala Dusun (Kasun) Dwi Puryanto.

Korban sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan atas lukanya.

Saat ini tim gabungan dari BPBD Bojonegoro, Pertamina, Damkar, dan Polsek Sukosewu sudah turun tangan untuk menangani sumur yang mengandung gas,

Tim juga melakukan proses gas flaring atau pembakaran gas untuk menangani semburan yang muncul dari sumur bor.

Baca Juga: Banjir Bojonegoro Surut, Giliran Longsor di Mana-mana

"Tim Pertamina melakukan gas flaring untuk menghilangkan kandungan gas rawa yang muncul saat pengeboran," ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro, Agus Purnomo dilansir dari Blok Bojonegoro --- partner Suara.com, Minggu (23/3/2025).

Dia menyampaikan, yang menyembur dari dalam sumur bor ialah gas rawa.

Petugas sudah memasang pipa sepanjang sekitar 100 meter dari sumur bor menuju area persawahan dibelakang masjid yang jauh dari pemukiman warga untuk keselamatan.

Di tengah sawah tersebut gas tersebut dibakar habis. "Pembakaran akan terus dilakukan hingga kandungan gas rawa habis," katanya.

Proses pembakaran tersebut akan membutuhkan sekitar satu pekan sebelum benar - benar habis. Agus menyampaikan, volume kandungan gas cukup besar sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.

"(Berdasarkan) konfirmasi Pertamina kurang lebih 1 mingguan," tambahnya.

Selama proses flaring atau pembakaran ini berlangsung, warga dilarang untuk mendekat. Petugas ke polisian juga sudah memasang garis polisi di radius 5 meter dan 50 meter, agar warga tidak mmendekat.

Apa itu Gas Rawa?

Gas rawa, atau yang juga dikenal sebagai biogenic shallow gas merupakan gas yang terbentuk secara alami di lingkungan rawa.  Gas rawa ditemukan di lapisan batuan dangkal di area rawa atau sawah.

Gas ini biasanya dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang hidup di lingkungan anaerobik (tanpa oksigen) di rawa. Bakteri ini menguraikan bahan organik yang ada di rawa, menghasilkan gas metana sebagai produk sampingan.

Komponen utama gas rawa adalah metana (CH4), yang merupakan gas yang mudah terbakar. Gas rawa umumnya tidak berbau, bertekanan rendah, dan muncul sebagai rembesan gas di area yang luas.

Gas rawa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, misalnya untuk keperluan rumah tangga, menggantikan LPG atau kayu bakar. Pemanfaatan gas rawa dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil. 

Bojonegoro merupakan salah satu daerah penghasil gas bumi di Indonesia. Produksi gas dari Bojonegoro memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi gas nasional.

Produksi gas di Bojonegoro terutama berasal dari Lapangan Jambaran-Tiung Biru (JTB), yang dioperasikan oleh Pertamina EP Cepu (PEPC). Pada tahun 2023 produksi gas PEPC dari tiga lapangan yang ada di Bojonegoro mencapai 207,84 MMSCFD.

Bojonegoro berpotensi menjadi salah satu kabupaten terkaya di indonesia dengan adanya Sumber Daya Migas ini.

Load More