Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Minggu, 13 April 2025 | 10:46 WIB
Ilustrasi Orang Tenggelam - Meninggal Karena Tenggelam Menurut Islam (Pixabay)

SuaraJatim.id - Sebanyak enam orang menjadi korban di perairan selatan Pacitan dalam dua pekan terakhir.

Dua orang wisatawan atas nama Ahmad Yudhianto (18) dan Irvan Arrosyidin (16), warga Boyolali, Jawa Tengah tenggelam usai terseret ombak saat bermain air di Pantai Klayar, Desa Sendang, Kecamatan Donorojo pada Sabtu (5/4/2025).

Wisatawan yang terseret ombak ada tiga, satu lagi berhasil diselematkan.

Para korban ini bersama lima orang temannya berkemah di Pantai Klayar sejak Jumat (11/4/2025). Kemudian pada Sabtu pagi, sekitar pukul 08.00 WIB berenang di pinggir bibir pantai.

Baca Juga: Kronologi Kecelakaan Mobil Vs Truk di Jalur Pacitan-Solo: Sigra Remuk Bagian Depan

Saat itu lah tiba - tiba ada ombak besar yang menyeret korban. Mereka tergulung ombah. Pantai Klayar memiliki karakteristik ombak Samudera Indonesia yang tinggi dan arus bawah laut yang kuat.

Malam harinya, seorang pemancing bernama Suraji, warga Dusun Watuadeg, Desa Karangnongko, Kecamatan Kebonagung dilaporkan hilang diduga tersapu ombak besar saat memancing di atas karang.

Sebelumnya, tiga wisatawan asal Ponorogo, yakni Agus Widodo (33), Ahmad Fahrudin (26), dan Zainal Mutaqin (22) tenggelam saat berenang di muara Sungai Kedung Gombang pada Sabtu (5/4/2025).

Para korban ini nekat berenang tanpa sepengetahuan rombongan sekitar pukul 13.30 WIB. Ketiganya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Deretan kejadian tragis ini menjadi pengingat keras akan bahaya rip current dan ombak besar di kawasan pesisir selatan Jawa.

Baca Juga: Teror Petasan di Pacitan, Rusak Toko Hingga Suaranya Bikin Alarm Mobil Berbunyi

Kepala Pelaksana BPBD Pacitan, Erwin Andriatmoko mengatakan, perairan selatan, khususnya di pantai memiliki ombak tinggi dan fenomena arus balik atau rip current yang berbahaya.

“Rip current ini adalah arus balik dari pantai menuju laut dengan kecepatan tinggi. Berbeda dari ombak yang menggulung ke pantai, arus ini justru terlihat datar, berbuih, dan berwarna lebih gelap. Sangat berbahaya karena bisa menyeret korban dalam hitungan detik,” ujar Erwin dikutip dari BeritaJatim -- partner Suara.com.

Sebenarnya, kata dia, sudah ada larangan berenang telah dipasang di sejumlah titik rawan.

“Kami imbau wisatawan tidak mengabaikan rambu dan larangan yang ada. Musibah bisa terjadi kapan saja jika tidak berhati-hati,” kata dia.

Pihaknya mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap cuaca ekstrem. Selain itu, waspada terhadap ombak besar.

Apa Itu Rip Current?

Istilah rip current mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun fenomena alam ini merupakan salah satu penyebab utama kecelakaan laut, bahkan sering kali merenggut nyawa. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan rip current?

Secara sederhana, rip current atau arus pecah adalah arus laut yang kuat dan sempit yang bergerak menjauhi pantai menuju laut lepas. Arus ini terbentuk ketika sejumlah besar air yang terdorong ke arah pantai oleh ombak dan angin harus kembali ke laut. Ketika air ini terkumpul dan mencari jalur dengan hambatan paling kecil, ia akan membentuk aliran yang kuat melalui celah di antara gelombang pecah atau formasi pasir dangkal di dekat pantai.

Rip current dapat mengalir dengan kecepatan yang sangat tinggi, bahkan melebihi kecepatan perenang Olimpiade. Dengan kecepatan seperti ini, seseorang yang terjebak akan sulit, bahkan mustahil, untuk berenang melawannya secara langsung.

Arus ini menarik orang menjauhi bibir pantai dengan cepat. Jika panik dan mencoba berenang kembali ke pantai secara langsung, korban akan kelelahan dan berisiko tenggelam.

Rip current seringkali tidak terlihat jelas oleh orang awam. Permukaan air di area rip current bisa tampak lebih tenang dibandingkan area sekitarnya, sehingga memberikan kesan aman palsu.

Load More