SuaraJatim.id - Bagi pasien yang didiagnosis gagal ginjal kronis stadium akhir, harapan untuk kembali hidup normal seringkali tertumpu pada dua pilihan: cuci darah seumur hidup atau transplantasi ginjal.
Cangkok ginjal, atau transplantasi, dianggap sebagai "standar emas" karena menawarkan kualitas hidup yang jauh lebih baik.
Namun, di balik harapan tersebut, ada satu kenyataan besar yang harus dihadapi pasien dan keluarga. Biaya yang sangat besar.
Prosedur bedah canggih ini melibatkan biaya yang bisa mencapai ratusan juta rupiah, sebuah angka yang fantastis bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Lantas, apa saja yang membentuk biaya tersebut? Bagaimana prosesnya, dan apa risiko yang menyertainya?
Memahami seluk-beluk kesehatan ini adalah langkah pertama bagi siapa pun yang berhadapan dengan pilihan krusial ini.
Rincian Biaya Transplantasi Ginjal: Bukan Sekadar Biaya Operasi
Ketika mendengar biaya transplantasi ginjal mencapai Rp300 juta hingga Rp500 juta, atau bahkan lebih, banyak yang mengira itu hanya untuk tindakan operasinya saja.
Kenyataannya, biaya tersebut merupakan akumulasi dari serangkaian proses panjang yang terbagi menjadi tiga tahap utama:
Baca Juga: Fakta Mengejutkan di Balik 308 Kasus Gagal Ginjal di Surabaya: Seorang Remaja Harus Cuci Darah
1. Tahap Pra-Transplantasi (Screening dan Persiapan)
Ini adalah fase paling awal yang krusial untuk memastikan kecocokan dan keamanan bagi penerima (resipien) dan pendonor. Biayanya mencakup:
Pemeriksaan Resipien: Meliputi tes darah lengkap, tes fungsi organ (jantung, paru-paru), USG, CT scan, hingga evaluasi psikologis untuk memastikan kesiapan mental.
Pemeriksaan Pendonor: Pendonor (biasanya dari keluarga) juga harus menjalani pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan mereka sehat, memiliki fungsi ginjal yang optimal, dan tidak memiliki penyakit menular.
Tes Kecocokan (Crossmatching): Pemeriksaan golongan darah dan kecocokan jaringan (HLA typing) untuk meminimalkan risiko penolakan organ oleh tubuh resipien.
Biaya untuk tahap persiapan ini saja bisa menelan puluhan juta rupiah dan seringkali tidak ditanggung penuh oleh asuransi jika dilakukan secara terpisah.
2. Tahap Operasi dan Perawatan di Rumah Sakit
Ini adalah komponen biaya terbesar, yang mencakup:
Biaya Kamar Operasi: Melibatkan tim medis yang besar, terdiri dari dokter spesialis nefrologi, ahli bedah vaskular, ahli urologi, dan tim anestesi.
Biaya Operasi Pendonor: Proses pengambilan ginjal dari pendonor juga merupakan operasi besar yang membutuhkan biaya tersendiri.
Biaya Rawat Inap: Setelah operasi, baik resipien maupun pendonor memerlukan perawatan intensif di ICU, diikuti oleh perawatan di kamar rawat inap biasa selama beberapa minggu.
Obat-obatan dan Alat Medis: Selama di rumah sakit, pasien akan membutuhkan berbagai obat, termasuk obat imunosupresan dosis tinggi untuk mencegah penolakan organ.
3. Tahap Pasca-Transplantasi (Perawatan Seumur Hidup)
Perjuangan tidak berhenti setelah keluar dari rumah sakit. Ini adalah komitmen seumur hidup yang juga membutuhkan biaya berkelanjutan:
Obat Imunosupresan: Pasien harus mengonsumsi obat ini setiap hari seumur hidupnya. Harga obat ini tidak murah dan sangat vital untuk menjaga agar ginjal baru tidak ditolak oleh tubuh.
Kontrol Rutin: Pemeriksaan rutin dengan dokter spesialis, tes laboratorium, dan pemantauan fungsi ginjal harus dilakukan secara berkala.
Proses Transplantasi Ginjal di Indonesia: Sebuah Perjalanan Panjang
Bagi pasien yang memutuskan untuk menjalani transplantasi ginjal, prosesnya memerlukan kesabaran dan ketahanan. Berikut adalah alur umumnya:
Rujukan dan Evaluasi: Pasien gagal ginjal akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas transplantasi.
Tim dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan apakah pasien adalah kandidat yang layak.
Pencarian Donor: Di Indonesia, mayoritas donor berasal dari keluarga yang masih hidup (living donor).
Donor harus memiliki hubungan darah atau ikatan emosional yang kuat (misalnya, suami/istri) dan harus melewati skrining kesehatan serta advokasi dari tim khusus untuk memastikan tidak ada unsur jual-beli organ.
Persetujuan Etik: Setelah donor dan resipien dinyatakan siap, kasus akan diajukan ke komite etik rumah sakit untuk memastikan semua proses telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika kedokteran.
Jadwal Operasi: Jika semua berjalan lancar, tim medis akan menjadwalkan operasi pengangkatan ginjal donor dan pencangkokan ke resipien, yang seringkali dilakukan secara simultan.
Pemulihan dan Edukasi: Setelah operasi, masa pemulihan intensif dimulai. Pasien dan keluarga akan diberi edukasi mendalam mengenai gaya hidup sehat, pantangan, dan pentingnya kepatuhan minum obat.
Risiko yang Mengintai: Bukan Jalan Tanpa Hambatan
Meskipun tingkat keberhasilannya tinggi, bedah transplantasi ginjal memiliki risiko signifikan yang perlu dipahami, baik bagi resipien maupun pendonor.
Risiko bagi Resipien:
Penolakan Organ: Tubuh bisa menolak ginjal baru (baik akut maupun kronis). Inilah alasan obat imunosupresan sangat penting.
Infeksi: Penggunaan obat imunosupresan menekan sistem kekebalan tubuh, membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi.
Komplikasi Bedah: Seperti pendarahan, penggumpalan darah, atau kebocoran pada sambungan ureter.
Efek Samping Obat: Penggunaan imunosupresan jangka panjang dapat meningkatkan risiko diabetes, tekanan darah tinggi, dan jenis kanker tertentu.
Risiko bagi Pendonor:
Meskipun hidup dengan satu ginjal umumnya aman, pendonor tetap menghadapi risiko operasi besar, termasuk infeksi, nyeri, dan risiko jangka panjang seperti hipertensi atau penurunan fungsi ginjal yang tersisa.
Peran BPJS Kesehatan dan Harapan Pasien
Kabar baiknya, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan menanggung biaya transplantasi ginjal.
Penjaminan ini mencakup sebagian besar komponen biaya, mulai dari skrining hingga operasi dan obat-obatan pasca-transplantasi.
Namun, pasien tetap perlu mempersiapkan diri untuk biaya-biaya lain yang mungkin tidak ditanggung, seperti beberapa jenis pemeriksaan awal, transportasi, dan akomodasi selama perawatan.
Transplantasi ginjal adalah sebuah anugerah kemajuan medis yang memberikan harapan hidup baru. Namun, ini adalah perjalanan yang kompleks, menantang secara fisik, emosional, dan terutama finansial.
Memahami rincian biaya, proses yang panjang, dan risiko yang ada adalah fondasi penting bagi pasien dan keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam perjuangan memenangkan kembali kesehatan dan kualitas hidup.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pencabutan Artikel 'Ahmad Sahroni Minta Maaf...'
- Eko Patrio dan Uya Kuya Resmi Mundur dari Anggota DPR RI
- Belum 1 Detik Calvin Verdonk Main, Lille Mendadak Berubah Jadi Klub Pembantai di Liga Prancis
- Astrid Kuya Bela Uya Kuya: Semua Isi Rumah Dimiliki Sejak Sebelum Jadi DPR
- Garasi Mobil Rahasia Ditemukan Massa, 8 Mobil Mewah Ahmad Sahroni Hancur Kena Amuk
Pilihan
-
Heboh 'Ojol Taruna' Temui Gibran, GoTo Bongkar Identitas Aslinya
-
Sri Mulyani Bebaskan PPN untuk Pembelian Kuda Kavaleri, Termasuk Sikat Kuku dan Kantong Kotorannya
-
Diplomat Indonesia Tewas Ditembak di Peru! Ini Profil dan Jejak Karier Zetro Leonardo Purba
-
Polemik Gas Air Mata di UNISBA dan UNPAS Bandung, Rektor dan Polisi Beri Klarifikasi
-
Polemik Penangkapan Direktur Lokataru Delpedro Marhaen, Aktivis Nilai Bentuk Kriminalisasi
Terkini
-
Polres Kediri Tahan 24 Pengunjuk Rasa
-
Punya Pengalaman Global yang Mentereng, BRI Tunjuk Dhanny Jadi Corporate Secretary
-
Polda Jatim-LBH Berkoordinasi Tangani Pelaku Anarkis di Enam Daerah
-
Patung Ganesha Hilang dari Museum Kediri
-
BRI Dorong Pertumbuhan UMKM: Ratusan Ribu Pengusaha Naik Level Lewat KUR