Di Kedai Ini, Hafiz Quran Gratis Makan Seumur Hidup

Program di Kedai Rumah Madinah ini dilakukan, tidak lain untuk mengapresiasi penghafal kitab suci Alquran dan bagi yang berpuasa sunah Senin dan Kamis.

Chandra Iswinarno
Senin, 15 April 2019 | 06:00 WIB
Di Kedai Ini, Hafiz Quran Gratis Makan Seumur Hidup
Suasana Kedai Prasmanan Rumah Madinah yang berada di Kota Malang, Jawa Timur. [Suara.com/Aziz Ramadani]

SuaraJatim.id - Kedai Prasmanan Rumah Madinah di Kota Malang Jawa Timur viral setelah konsumennya mengunggah foto di media sosial.

Sebab, kedai beralamat Jalan Bunga Andong Selatan ini menggratiskan makan seumur hidup bagi penghafal Alquran.

Tak hanya itu, kedai di pusat kota ini juga gratiskan makan bagi yang puasa Senin-Kamis. Lalu, jika ada karyawan kedai yang tidak ramah dan tidak memuaskan pelayanannya, konsumen juga dibebaskan dari biaya makannya.

Pemilik kedai Dilla Aziziyah mengaku program ini memang baru dimulainya, sekitar sebulan. Motivasinya tidak lain untuk mengapresiasi penghafal kitab suci Alquran dan bagi yang berpuasa sunah Senin dan Kamis.

Baca Juga:Viral Kedai Madinah, Gratis Makan Seumur Hidup Bagi Penghafal Alquran

Hal ini dilakukannya juga terinspirasi berbagai tokoh terkenal Nasional. Mulai Bob Sadino, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Ustaz Yusuf Mansyur.

"Sering mendengar tausiah Yusuf Mansyur. Juga terinspirasi Bob Sadino maupun Gus Dur yang menekankan kekuatan sedekah tanpa mengharapkan imbalan. Intinya ndak perhitungan," kata Dilla ditemui Suara.com.

Berangkat dari itu, ASN di lingkungan Pemkab Malang ini mulai menekuni usaha kuliner tersebut. Namun, hingga saat ini belum ada ditemuinya konsumen yang mengaku penghafal Alquran.

Paling banyak adalah konsumen yang puasa Senin-Kamis. Lalu bagaimana mengetahui konsumennya itu benar-benar berpuasa. Ia pun tak mau ambil pusing.

"Husnuzan (berprasangka baik) saja. Insyaallah pasti dapat pahalanya mengapresiasi orang puasa," sambung ibu dua anak ini.

Baca Juga:Fakir Miskin dan Dhuafa Bisa Makan Gratis di Warung Shodaqoh Ini

Bahkan tak jarang konsumennya sudah memesan dibungkus saat siang hari. Mengaku untuk dibuat buka puasa. Namun terkadang pula ada konsumennya yang curang. Karena konsepnya prasmanan. Mereka bebas mengambil menu. Sedangkan, nasi sepuasnya dipatok harga cuma Rp 3 ribu.

"Ya pernah ada yang saya temui curang nasi banyak ditumpuk ternyata didalamnya ada daging dan perkedel. Tapi kan saya dosa kalau bilang dan menyakiti hatinya. Jadi saya biarkan. Itu pertanggungjawabannya ya sama tahun," sambung kelahiran Malang 15 Februari 1979 silam ini.

Kesungguhannya mengelola bisnis dengan ikhlas ini juga terinspirasi dari niat untuk beribadah. Berawal sekitar 2012 silam, ia ingin mengasuh anak yatim-piatu. Ketua RT setempat membawakan sejumlah 35 daftar anak yatim dan piatu kepadanya.

"Kok banyak, padahal saya mintanya satu atau dua anak. Saya terima karena Pak RT menyakinkan saya bahwa rezeki akan mengikuti," kenangnya.

Sejumlah 35 anak anak yatim ini lantas disantuni tiap Jumat dengan menggelar istigosah dan doa bersama rutin. Beberapa minggu berlalu, ia mulai bingung karena tidak cukup untuk terus menyantuni dengan banyaknya anak. Lantas, tercetus ide membuat katering harian untuk anak kos.

"Alhamdulillah dalam setahun sudah berkembang. Sudah bisa 50 kiriman dalam sehari," ujarnya.

Setelah itu terus berkembang hingga membuka prasmanan dan tumpengan. Hingga kini sudah ada 50 anak yatim piatu yang rutin disantuni tiap Jumat di rumahnya sekaligus kedai tersebut.

"Sekarang juga membantu yang janda-janda. Alhamdulillah hingga sekarang lancar usahanya juga berkat doa mereka," sambung perempuan berhijab ini.

Tak sampai itu saja, dalam mengelola manajemen bisnisnya Ia juga menekankan prinsip kekeluargaan. Setiap karyawannya yang kini berjumlah total 15 orang tak dianggap sebagai sekadar hubungan antar pimpinan dan bawahan.

Namun, penting untuk diterapkannya adalah wajib untuk salat tepat waktu. Ia juga tidak pilih-pilih apakah calon karyawannya itu berpengalaman dan jago masak.

"Kebanyakan saya merekrut karyawan benar-benar orang yang butuh pekerjaan dan kesusahan. Ada karyawan saya janda anak enam," kata Dilla.

Karena itu lah, sempat juga dia disinggung tak cocok jadi pengusaha. Akibat tidak ketat dan memberikan kelonggaran kepada karyawannya. Bahkan ada kesalahan pun tak pernah beri hukuman.

"Saya bentuk ikatan kekeluargaan. Yang penting nyaman dulu. Kerja pun tenang, orderan tetap banyak," tutup istri Marendra Hengky Irawan

Kontributor : Aziz Ramadani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini