Jurnalis Tewas Dibacok di Surabaya: Pamit Bagi Takjil, Pulang Tinggal Nama

Sejumlah saksi melihat Soeprayitno sempat terlibat cekcok dengan dua orang pria tak di kenal hingga kemudian ditemukan tewas penuh luka

Bangun Santoso
Sabtu, 11 Mei 2019 | 06:38 WIB
Jurnalis Tewas Dibacok di Surabaya: Pamit Bagi Takjil, Pulang Tinggal Nama
Mayat di Surabaya. (Suara.com/Dimas)

SuaraJatim.id - Kematian Soeprayitno dengan tubuh penuh luka di Tanah Merah Surabaya, Jawa Timur pada Jumat (10/5/2019) malam membuat geger warga. Belakangan, pria 60 tahun itu diketahui berprofesi sebagai jurnalis dari Suara Gegana Indonesia.

Dalam surat tugasnya, masa berlaku Soeprayitno sebagai jurnalis sudah selesai sampai 28 Februari 2019. Di surat tugas itu, Soeprayitno menjabat sebagai koordinator lapangan nasional.

Sementara dari KTP yang ditemukan warga, tertera Soeprayitno sebagai warga Sidotopo Wetan.

Jasad Soeprayitno ditemukan dengan kondisi tubuh penuh luka dan darah di sebuah bale di daerah Tanah Merah, Gang II, Kelurahan Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya.

Baca Juga:Tewas Penuh Luka Bacokan, Soeprayitno Ternyata Jurnalis

Pamit Bagi Takjil

Dari pengakuan sang istri, Djumaliha, terakhir kali ia bertemu Soeprayitno pamit keluar rumah untuk berbagi takjil.

"Bapak (Soeprayitno) saat itu pergi, sambil bawa takjil mau bagi-bagi katanya. Tapi kok lama enggak pulang-pulang, terus ada tetangga bilang, mi, umi, bojone sampean meninggal dibacok wong (ibu, suamimu meninggal dibacok orang). Saya sempat enggak percaya awalnya," ujar Djumaliha kepada Suara.com saat ditemui di Polsek Kenjeran, Jumat malam.

Djumaliha mengungkapkan, saat Pemilu 2019 berlangsung, Soeprayitno sempat bermasalah dengan salah satu calon legislatif atau caleg.

"Waktu ramai-ramai pemilu, bapak sempat punya masalah soal caleg, ngumpulin KTP dengan orang-orang terus diberi Rp 50 ribu per KTP. Karena belum dikasih sama caleg-nya, jadi saya yang lunasi ke orang-orang. Sampai Rp 2 juta, tapi sudah selesai," ungkap Djumaliha.

Baca Juga:Geger Soeprayitno Dibacok Usai Tarawih di Tanah Merah, Bersimbah Darah

Namun Djumaliha tak mengetahui secara pasti siapa nama dan sosok caleg yang bermasalah dengan Soeprayitno.

"Enggak tau siapa pastinya, saya akhirnya yang bayar ke orang-orang yang pernah dijanjikan sama bapak," katanya.

Dari keterangan warga lain, Sayyedi Muhammad (40). Ia mengaku sempat dari kejauhan Soeprayitno terlihat cekcok dengan dua orang.

"Lihat gerakannya (bahasa tubuh), pak Soeprayitno debat dengan dua orang, terus lari enggak tahu ke mana, kebetulan saya lagi sibuk juga. Untuk dua orang tersebut, saya enggak kenal," ungkap Sayyedi.

Sementara dari kepolisian, bahwa sebelum Soeprayitno ditemukan tewas mengenaskan, ada dua orang yang diduga pelaku. Keduanya berboncengan menggunakan sepeda motor jenis Honda Beat tampak masuk ke Jalan Tanah merah Gang I.

Tidak lama kemudian, kedua orang yang diduga pelaku itu keluar dari Jalan Tanah merah Gang I dan berhenti di depan Jalan Tanah merah Gang II. Di situ, seorang saksi melihat korban dan dua orang itu terlihat adu mulut.

Selanjutnya, di saat bersamaan tidak sampai terjadi penusukan atau pembacokan oleh pelaku kepada korban karena ada teman terduga pelaku yang melerai dan membuang pisau yang dipegang pelaku sehingga korban sempat lari menjauh.

Oleh karena pelaku tetap emosi sehingga pelaku mengambil pisau yang dibuang itu lagi, lalu mengejar korban dan membacok korban mengenai lengan kanan hingga meninggal dunia.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini