SuaraJatim.id - Masjid di Ponpes Mambaul Hikmah di Blitar, Jawa Timur, hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk melaksanakan salat tarawih 20 rakaat, ditambah salat withir 3 rakaat.
Jumat petang (10/5/2019), Suara.com mengunjungi Pondok Pesantren Mambaul Hikmah yang terletak di Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, untuk menyaksikan langsung salat tarawih kilat di Masjid Pondok tersebut.
Bangunan masjid di kompleks Pondok seluas sekitar 4 hektar tersebut cukup besar dan cukup untuk menampung setidaknya 500 jamaah. Menjelang waktu salat isya, masjid sudah penuh oleh jamaah bahkan jamaah sudah meluber hingga ke halaman masjid yang lokasinya berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Blitar dan yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kediri.
“Habis salat tarawih di sini biasanya saya merasa badan lebih segar. Saya mulai ikut salat tarawih di sini sejak puasa tahun lalu. Seminggu sekali saya tarawih di sini,” ujar Dahrul (28), warga Kandat, Kabupaten kediri.
Baca Juga:Lima Tips Diet di Bulan Ramadan
Dahrul menuturkan, ia datang untuk salat tarawih kilat bersama beberapa rekannya. Jarak dari rumah Dahrul dengan Masjid Mambaul Hikam sekitar 10 kilometer.
Ketika iqomah seruan salat Isya dikumandangkan, jamaah sudah meluber hingga ke sisi jalan di sekitar pintu masuk halaman masjid. Terpal-terpal plastik dan sajadah para jamaah pun dihamparkan di atas tanah sebagai alas salat. Tidak kurang dari 1.000 jamaah memenuhi masjid dan halamannya.
Salat isya empat rakaat berlangsung dalam tempo normal. Imam salat, KH Dliyauddin Azzamzami Zubaidi yang juga pengasuh Pondok tersebut, terdengar melafalkan surat Al Fatihah dengan sangat jelas.
Namun begitu memasuki salat tarawih, pelafalan surat Al Fatihah begitu cepat hingga terkadang nyaris tidak bisa tertangkap jeda antara satu ayat ke ayat berikutnya.
Setelah terdengar sahutan “amin” dari jamaah, tanda berakhirnya pembacaan surat Al Fatihah oleh imam shalat, imam melanjutkan dengan membaca sepenggal ayat Al Quran yang sangat pendek. Sehingga sikap berdiri dalam salat itu berlangsung dalam hitungan detik saja.
Baca Juga:Ruko di Eks Terminal Kepandean Jadi Tempat Prostitusi saat Malam Ramadan
Saat imam salat mengucapkan takbir “allahuakbar” sebagai aba-aba menuju gerakan salat selanjutnya, dari berdiri ke rukuk. Takbir lagi, berdiri kemudian sujud. Takbir lagi, dari sujud ke posisi bersimpuh. Takbir lagi, sujud, kemudian berdiri lagi. Bagian ini hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 7 detik.
Tidak lama setelah itu, imam salat mengucapkan sepenggal bacaan shalawat sebagai tanda berakhirnya 20 rakaat salat tarawih. Jamaah pun berdiri lagi, bersiap melanjutkan ibadah dengan 3 rakaan salat withir, salat sunat yang diyakini sebagai salat penutup aktivitas manusia di malam hari.
Total 23 rakaat usai sudah. Dua bedug, satu kenthongan di serambi masjid ditabuh, dengan irama dan ketukan musik menyerupai sebuah mars.
Tapi bunyi bedug dan kenthongan tersebut mengiringi lantunan shalawat yang dinyanyikan sebagaian jamaah yang masih bertahan. Sementara sebagian besar jamaah mulai meninggalkan masjid dan menuju rumah masing-masing. Beberapa dari mereka terlihat wajahnya basah berkeringat.
Berdasarkan perhitungan yang dibuat Suara.com, salat tarawih dan salat withir di Masjid Pondok Pesantren Mambaul Hikmah tersebut diselesaikan tidak lebih dari 10 menit.
“Meski cepat, tapi salat tarawih di sini tidak melanggar satupun syarat sah dan rukunnya salat,” ujar KH Dliyauddin Azzamzami yang ditemui di serambi masjid.
Dliyauddin menerangkan, tradisi salat tarawih cepat tersebut telah berlangsung selama lebih dari satu abad, yaitu sejak era kakeknya, KH Abdul Gofur, yang mendirikan Pondok Pesantren Mambaul Hikam sekitar tahun 1907.
Menurutnya, tradisi tersebut dipertahankan justru agar orang yang sedang menjalankan ibadah puasa dan bekerja di siang hari tetap bisa menjalankan ibadah salat tarawih.
“Seharian berpuasa dan bekerja, kalau salat tarawihnya lama, kapan bisa istirahat? Besok masih harus bekerja dan berpuasa,” ujarnya.
Kontributor : Agus H