Dan sejak itu, Ndalem Pojok menjadi rumah kedua bagi Bung Karno. Pun ketika Bung Karno pindah sekolah ke HBS di Surabaya tahun 1915, kerap meluangkan waktu mampir ke Ndalem Pojok dalam perjalanan pulang ke Blitar.
"Di rumah ini, Bung Karno remaja bahkan sering ngobrol dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh Syarikat Islam (SI) seperti Alimin dan Musso," tutur Kushartono.
Menurut Kus, di rumah itu, di bawah bimbingan Soemosewojo, Bung Karno memperdalam kemampuan berpidato yang banyak dia dapatkan dari HOS Tjokroaminoto di Surabaya. Soemosewojo sendiri adalah ketua SI Kediri.
Ndalem Pojok juga menjadi saksi ketika Bung Karno jatuh cinta kepada perempuan bersuami yang kelak menjadi istrinya yang kedua, Inggit Garnasih, yang tidak lain adalah ibu kos tempat Bung Karno tinggal selama kuliah di ITB.
Baca Juga:Pusaka Tombak dan Keris Peninggalan Bung Karno Dijamas di Pojok Ndalem
Kedua orang tua Bung Karno berang dan tidak setuju jika dia berniat menikahi Inggit dan menceraikan Oetari. Apalagi Oetari adalah anak Tjokroaminoto yang juga sahabat Soekemi. Tapi Bung Karno tidak bisa ditahan.
"Bung Karno pulang ke Ndalem Pojok, curhat kepada ayah angkatnya Eyang Soemosewojo tentang keinginannya menikahi ibu Inggit," ujar Kus.
Soemosewojo yang dikisahkan sangat sayang ke Bung Karno akhirnya berangkat ke Bandung dan menjadi wali pernikahan Bung Karno dengan Inggit. Soemosewojo juga yang meluluhkan hati kedua orang tua Bung Karno untuk memaafkan pernikahan kedua Bung Karno tersebut.
Tahun 2015, Yayasan Bung Karno yang diketuai oleh Guntur Soekarnoputra menetapkan Ndalem Pojok sebagai situs Persada Soekarno, istilah untuk menyebut tempat-tempat bersejarah dalam hidup Bung Karno. Pun kemudian pada 2018, Pemda Kabupaten Kediri menetapkan Ndalem Pojok sebagai situs Cagar Budaya.
Kontributor : Agus H
Baca Juga:Penjual Koran Tua Ini Mengaku Pernah Menjadi Pengawal Bung Karno