SuaraJatim.id - Keluarga Ndalem Pojok, keluarga ayah angkat Presiden Pertama RI Soekarno di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, menggelar prosesi memandikan atau jamasan pusaka milik Bung Karno berupa sebilah keris dan tombak yang berjuluk Kyai Gadakan.
Di halaman luas rumah tua yang disebut Ndalem Pojok tersebut, sebilah keris dan sebilah mata tombak Kyai Gadakan di mandikan atau dijamas di depan sebuah langgar kecil milik keluarga RM Panji Soemosewojo yang tak lain adalah ayah angkat Bung Karno.
Prosesi jamasan berlangsung sederhana di kawasan pedesaan yang sepi dan disaksikan sejumlah kecil wartawan, kerabat Ndalem Pojok, dan belasan mahasiswa dari perguruan tinggi di Kediri.
"Ini pertama kali jamasan pusaka Kyai Gadakan dilakukan di tempat terbuka dan boleh disaksikan masyarakat umum," ujar pemuda yang memimpin prosesi jamasan, Andri Setiawan pada Selasa (10/9/2019).
Baca Juga:Putri Muslimah Indonesia Sebut Jamasan Keris Bukan Syirik
Sekitar dua puluh pusaka keris lain milik keluarga Ndalem Pojok dan komunitas pecinta keris di Kediri juga turut dijamas pada kesempatan itu bersama Kyai Gadakan, dua pusaka yang diperoleh Bung Karno dari seorang kepala desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah tahun 1947.
Proses penjamasan berlangsung sejak Selasa (10/9/2019) pagi sekitar pukul 8.30 WIB dan rampung sekitar pukul 11.30 WIB.
Atas permintaan keluarga Ndalem Pojok, penjamasan tidak menyertakan proses 'pewarangan', yaitu pembaluran bilah keris atau tombak, antara lain, dengan campuran asam arsenik.
"Kalau dilakukan pewarangan, memang pamor tosan aji menampak. Corak dan lipatan permukaannya menampilkan pamor. Tapi kelemahannya keris bisa cepat keropos," ujar Andri.
Sehingga penjamasan pusaka dilakukan hanya dengan bilah keris atau tombak dengan jeruk nipis setelah sebelumnya pusaka direndam tiga hari dalam cairan yang antara lain terdiri dari air kelapa, buah pace dan jeruk nipis. Setelah dibilas, tosan aji dibaluri minyak pusaka.
Baca Juga:Sakral, Ini Proses Jamasan Keris di Sumenep
Para penjamas juga melakukan tirakat tertentu sebelum memulai proses jamasan, dan melakukan ritual doa disertai pembakaran kemenyan sebagai penutup prosesi jamasan pusaka.
- 1
- 2