Ketika hari mulai gelap, Gery dilanda keresahan. Apalagi, ketika melihat situasi di luar, Gery hanya melihat luasnya lapangan sekolah.
Kemudian ada pohon beringin tua yang sulurnya mulai mencium tanah. Ada juga pohon kamboja yang daunnya mulai rontok ketika diterpa angin.
“Sejak malam pertama, tidak nyaman. Ada suara-suara aneh di sekitar. Ada suara seperti orang batuk di pojok ruangan. Seperti ada orang berjalan di dekat pohon pisang. Bahkan genting ruangan itu seperti ada yang melempari. Ada suara gaduh,” kata Gery menceritakan pengalamannya selama di ruang karantina, Rabu (15/4/2020).
Malam kedua tidak jauh berbeda. Malam ketiga Gery semakin merana. Namun Gery tetap bertahan.
Baca Juga:Kasus Pelecehan pada Anak selama Karantina Naik Meski Dilaporkan Turun
Puncaknya, pada malam ke-empat. Saat itu, suasanya sangat sepi. Bapak satu anak ini tak bisa memejamkan mata.
Malam bertambah larut, pikiran Gery semakin kalut. Nah, saat itulah dia mendengar suara bangku berjatuhan di ruang kelas. Bangku-bangku itu roboh berserakan.
Dengan diliputi ketakutan, Gery pun berbegas meninggalkan ruangan karantina pada Sabtu (11/4/2020) dini hari itu. Dia mencoba mengubungi tukang kebun sekolah, tapi tak ada respons.
“Akhirnya saya meminta mertua untuk menemani. Termyata memang benar, bangku-bangku di ruang kelas itu roboh. Esok harinya saya menghubungi Pak Kepala Desa dan meminta isolasi di rumah,” kata Gery ketika ditemui di rumahnya Dusun Kopensari, Desa Rejoagung.
Di rumahnya itu Gery menceritakan secara panjang lebar mulai kedatangannya dari Italia hingga menghuni ruang karantina selama empat hari.
Baca Juga:Selain Latihan, Main Poker juga Dilakukan Nick Kuipers saat Karantina
Dia menampik tudingan bahwa kabur dari ruang karantina. Karena saat meninggalkan ruang karantina tersebut dirinya minta izin ke pemerintah desa.