Sebenarnya Suwaji tidak ingin melakukan hal tersebut, ia mengaku ketika tidak beraktivitas tubuhnya justru merasakan pegal-pegal. Ia memilih setiap hari untuk berjualan.
"Saya itu nggak mau libur, soalnya kalau libur itu badan malah sakit semua. Gak ngapa-ngapain badan gak gerak jadi keju (nyeri) rasanya," katanya.
Suwaji sangat senang banyak anak-anak muda yang masih peduli dengan kondisi orang tua. Anak cucu pria bertopi koboi ini juga masih mengingatnya hingga sampai kini.
Setiap dua minggu sekali, anak cucunya yang tinggal di luar kota selalu mengunjunginya secara rutin. Ia bersyukur akan hal itu.
Baca Juga:Cara Penjual Bakso Mengikat Plastik saat Panas Ini Bikin Melongo
"Anak saya ada 4, dua laki, dua perempuan. Semuanya ada di luar kota, ada di Sukodono, Madiun, Balongpanggang. Dua minggu sekali nyamperin terus nginep sehari pulang," kata Suwaji.
Adanya pandemi Covid-19, rupanya membuat anak cucunya sempat tak bisa menengoknya selama hampir 2 bulan lebih karena aturan yang melarang masyarakat untuk berpergian ke luar kota akibat PSBB beberapa waktu lalu.
"Gara-gara musim pagebluk ini anak cucu saya gak bisa nyambangi. Mereka juga ribut ngurusi sandang pangannya sendiri. Kalau sekarang bisa melihat anak senyum tok wes senang, di sambangi ya tambah senang," ungkap Suwaji yang mengaku rindu.
Bapak 4 anak ini juga mengaku telah ditinggal sosok ayah sejak masih di dalam kandungan yang berusia 9 bulan. Ketika lahir ia tak pernah melihat wajah ayahnya.
Ibunya mengurus sendiri 6 anak. Sehingga ia tak pernah menikmati rasanya mengenyam pendidikan formal.
Baca Juga:Kisah Kakek Asik, Menua di Gubuk Sempit dan Nyaris Buta karena Katarak
"Mbah niki mboten sekolah sama sekali, waktu kecil bapak sudah meninggal, ibu ditinggali 6 anak, dan saya yang terakhir. Belajarnya saya ya hanya dari ngaji," jelasnya sambil mengingat masa kecilnya.