Mengharukan! 10 Tahun Menabung Pemuda Pengamen Ini Daftar Haji Bareng Ibu

"Saya cuma ingin ke Makkah bersama ibu. Semoga ya bisa lebih cepat berangkatnya dan enggak berpisah sama ibu," ujar Slamet

Bangun Santoso
Minggu, 13 September 2020 | 12:17 WIB
Mengharukan! 10 Tahun Menabung Pemuda Pengamen Ini Daftar Haji Bareng Ibu
Slamet, pemuda pengamen Probolinggo resmi daftar haji bersama sang ibu. (Foto: Jatimnet.com/Zulkiflie)

SuaraJatim.id - Banyak jalan menuju Roma, peribahasa itu pantas disematkan pada perjuangan Slamet Efendy (30), pemuda pengamen jalanan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Setelah bertahun-tahun menabung, ia bisa mendaftar haji bersama ibunya.

Pria asal Dusun Krajan RT 03/RW 03, Desa Kerpangan, Kecamatan Leces, itu terlebih dahulu mendaftarkan ibunya, Atmina (57) pada tahun 2018.

Hingga pada 2020 ini, giliran Slamet mendaftarkan diri sebagai calon jemaah haji. Slamet resmi mendaftar dan mendapat bagian kuota haji pada Kamis (3/9/2020) lalu.

Dilansir dari Jatimnet.com (jaringan media Suara.com), uang untuk biaya pendaftaran haji itu adalah hasil dari jerih payah Slamet mengamen selama ini.

Baca Juga:Malam 1 Muharram Berujung Maut, Ratusan Santri Probolinggo Keracunan

Uang hasil mengamen ia ke ibunya untuk untuk disimpan. Setelah dirasa cukup, barulah uang yang terkumpul disetorkan sebagai Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang mencapai Rp 25 juta per orang.

"Saya nabungnya mulai sepuluh tahun lalu, pak. Sedikit demi sedikit (disetorkan) ke ibu. Setelah terkumpul, ibu didaftarkan duluan tahun 2018. Kemudian saya kumpulkan lagi, sampai bisa daftar haji juga Kamis kemarin," kata Slamet dengan logat Madura saat ditemui di rumahnya, Sabtu (5/9/2020).

Karena tak bisa membaca dan menulis, Slamet meminta bantuan tetangga dekatnya, Yuyun Wahyuni, untuk mengisi formulir pendaftaran BPIH di Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo.

Hal tersebut dibenarkan Yuyun yang mengantarkan Slamet mendaftar haji.

Yuyun mengatakan, meski Slamet tergolong pemuda dalam keterbatasan mental, namun semangatnya sangat tinggi dibandingkan pemuda normal lainnya.

Baca Juga:Penjelasan Medis Gadis Probolinggo Mati Hidup Lagi, Lalu Meninggal Lagi

"Slamet ini tidak tamat SD. Ia putus sekolah sejak kelas 1 SD setelah ayahnya meninggal. Slamet kemudian tinggal bersama ibunya sampai sekarang," ungkap Yuyun.

Slamet menambahkan, sebenarnya ia ingin bisa berangkat haji bersama ibunya. Karena jarak pendaftaran yang terpaut tiga tahun, Slamet berharap bisa dibantu instansi terkait agar mewujudkan keinginannya.

"Saya cuma ingin ke Makkah bersama ibu. Semoga ya bisa lebih cepat berangkatnya dan enggak berpisah sama ibu," ujarnya.

Saat ini, Slamet masih berjuang mengumpulkan sedikit demi sedikit uang hasil mengamen untuk melunasi sisa setoran BPIH. Kegigihan Slamet kian kuat setelah ia dan ibunya sudah mendapatkan kuota kursi pemberangkatan ibadah haji.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini