Menengok Al Quran Tulisan Keturunan Majapahit di Gunungkidul, Ini Wujudnya

Al Quran tulisan tangan tersebut sejatinya milik Muhammad Ihsan yakni putera dari KRT Wiroyudo

Galih Priatmojo
Senin, 19 Oktober 2020 | 16:03 WIB
Menengok Al Quran Tulisan Keturunan Majapahit di Gunungkidul, Ini Wujudnya
Ilustrasi Al Quran (Unsplash/Lexi T)

SuaraJatim.id - Sebuah Al Quran tulisan tangan dari Kanjeng Raden Tumenggung Wiroyudo masih tersimpan rapi di Masjid Jami' Padukuhan Wonojoyo Kalurahan Genjahan Kapanewonan Ponjong Kabupaten Gunungkidul. KRT Wiroyudo adalah keturunan Majapahit yang akhirnya menyebarkan agama Islam di Gunungkidul.

Takmir masjid Jami' Wonojoyo, Jayani Zaini (67) sampai saat ini masih setia merawat Al Qur'an tulisan tangan tersebut. Meski saat ini Al Quran tersebut sudah mulai lapuk, namun ia berusaha merawatnya dengan membersihkannya dalam kurun waktu tertentu. Ia sengaja membuatkan kotak khusus untuk menyimpan Al Qur'an Tulisan Tangan tersebut.

"Saya simpan di kotak biar aman. Memang jarang dibuka meski sekedar dibaca, takut rusak,"paparnya, Senin (19/10/2020) saat ditemui di Masjid Jami'.

Al Quran tersebut sejatinya milik Muhammad Ihsan, putera dari KRT Wiroyudo. Di waktu kecil, Muhammad Ihsan dan saudaranya, Hasan disekolahkan di Arab Saudi selama beberapa tahun. Keduanya menuntut ilmu di Arab Saudi dan akhirnya kembali ke Indonesia.

Baca Juga:Niat Jual Sepeda Curian di Sleman, Pria Gunungkidul Diringkus Polisi

Sekembalinya ke Indonesia, keduanya membantu KRT Wiroyudo menyebarkan agama Islam di daerah Wonosari. Sesudah itu, KH Muhammad Ihsam mendekati raja di Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dengan mengabdi sebagai abdi dalem. Kemudian karena jasanya tersebut, KH Muhammad Ihsan diberi tanah Merdikan sekitar 1 hektare di Padukuhan Wonojoyo.

Al Quran tulisan tangan peninggalan keturunan Majapahit yang masih tersimpan di Gunungkidul, Senin (19/10/2020). [Kontributor / Julianto]
Al Quran tulisan tangan peninggalan keturunan Majapahit yang masih tersimpan di Gunungkidul, Senin (19/10/2020). [Kontributor / Julianto]

Di samping itu, KH Muhammad Ihsan juga mendapatkan putri Triman (puteri pemberian raja) untuk dipersunting olehnya. Setelah memiliki anak dan istri kemudian ia mendapatkan pesan untuk mendirikan rumah limasan dan joglo yang sangat sederhana.

"Rumahnya dulu di depan Masjid ini," terangnya.

Kemudian lama-kelamaan, KH Muhammad Ihsan mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Rodhatul Qulud. Para santri di Pondok Pesantren tersebut  tidak hanya sekitar sini saja tetapi juga luar daerah. Para santri  ngaji dan mencari ilmu di pondok pesantren tersebut.

Karena rumahnya jauh sehingga para santri  menginap di Pondok Pesantren. KH Muhammad Ihsan juga mendirikan masjid yang sekarang dinamakan Masjid Jami Wonojoyo. Karena santrinya banyak kemudian diberikan kepada raja ketika sudah jadi 

Baca Juga:Joglo Citakan Piyaman, Melongok Saksi Bisu Berdirinya Gunungkidul

"Kemudian dari kerajaan beliau ditunjuk sebagai khotib dan imam masjid Jamik Wonojoyo," paparnya.

Jayani sendiri tidak mengetahu kapan persisnya Al Quran tersebut dibuat. Jayanu mulai merawat Al Quran tersebut sejak tahun 1997 karena dulu pergi dari rumah ke Jakarta. Dan tahun 1997 ia kembali ke kampung halamannya sudah mendapati Al Qur'an tulisan tangan tersebut sudah seperti sekarang ini, yaitu tanpa sampul dan mulai rapuh.

Dulunya, Al Qur'an tersebut diberikan kepada Muhammad Ihsan untuk pembelajaran agama Islam. Kemudian tahun kapan ditulis dan berapa lama disusun, ia sendiri tidak mengetahuinya secara pasti. Karena ia hanya tinggal merawatnya agar tidak rusak.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini