Kabar pendukung Habib Rizieq dalam jumlah yang banyak akan datang untuk mengawal jika pimpinan FPI itu memenuhi panggilan Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan menyangkut dugaan pelanggaran protokol kesehatan di acara pernikahan putrinya, menjadi tajuk utama sejumlah media massa sepanjang hari ini.
Dalam menanggapi kabar itu, juru bicara Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Awi Setiyono menegaskan, "negara tidak boleh kalah dengan premanisme."
Di tengah polemik, sosiolog Musni Umar mengusulkan kepada polisi untuk menunda rencana pemeriksaan Habib Rizieq karena dari pengalaman sebelum-sebelumnya, setiap kali Habib Rizieq diperiksa, kedatangan pendukungnya sulit dibendung.
Jika pendukung tokoh FPI datang ke Polda Metro Jaya dalam waktu yang bersamaan, kerumunan massa sulit dihindarkan dan hal inilah yang paling ditakutkan karena sekarang masih pandemi Covid-19 serta jumlah kasus positif di Jakarta masih bertambah setiap hari.
Baca Juga:Demi Keamanan Orangtua Mahfud MD di Pamekasan, Banser Jaga Ketat Rumahnya
Apalagi, dalam beberapa hari terakhir, secara berturut-turut, Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria terkonfirmasi positif Covid.
"Ini penting sekali untuk menjaga bersama-sama agar tidak semakin meningkat kasus Covid di Jakarta ini, dan tentunya Indonesia," kata rektor Universitas Ibnu Chaldun, Jakarta, kepada Suara.com.
Menyangkut pernyataan juru bicara Mabes Polri bahwa "negara tidak boleh kalah dengan premanisme," Musni Umar sependapat.
Premanisme dalam pengertian orang yang melakukan pemaksaan untuk mendapatkan uang.
Akan tetapi kalau pernyataan tersebut dikaitkan dengan pendukung Habib Rizieq, menurut Musni, "Tidak begitu tepat, karena mereka tidak melakukan pemerasan, tidak juga melakukan kekacauan, mereka hanya datang saja sebagai wujud cinta kepada HRS. Itu saja."
Baca Juga:Usai Dikepung, Banser Jaga Ketat Rumah Orangtua Mahfud MD di Pamekasan
Musni berharap polisi menunda pemeriksaan untuk menghindari kedatangan pendukung Habib Rizieq.