Dia melanjutkan, ketika keadaan sudah pada stadium lanjut, kanker akan sulit untuk disembuhkan. Operasi dan kemoterapi adalah penanganan yang umum dilakukan untuk kanker ovarium.
Setelah diobati, 80 persen pasien dengan kanker stadium 2-4 rentan mengalami kekambuhan atau rekurensi sebagian besar pada dua tahun pertama.
Setelah lima tahun monitoring berkala, bila tidak ada keluhan pasien tak perlu memeriksakan diri lagi. Maka, fokus saat ini adalah deteksi, diagnosis serta terapi dini.
"Pada kanker ovarium stadium awal, di mana penyakit ini masih terbatas di ovarium, penanganan dan pengobatan memiliki kemungkinan besar untuk berhasil."
Baca Juga:Hasil Studi Baru Sebut Hormon Androgen Membuat Pengobatan Kanker Kian Ampuh
Sayangnya, operasi masih jadi momok untuk sebagian masyarakat sehingga orang-orang enggan memeriksakan diri karena khawatir harus melewati pengobatan tersebut. Ada kecenderungan orang-orang baru pergi ke dokter bila keluhan yang dirasakan betul-betul terasa nyeri.
"Kalau tidak nyeri hebat, tendensinya tidak ke dokter," kata dia.
Untuk perempuan yang sudah aktif secara seksual, pemeriksaan bisa dilakukan dengan USG transvaginal, pencitraan menggunakan gelombang suara yang dipancarkan lewat vagina untuk memeriksa organ reproduksi.
Pada USG transvaginal, karena dekat dengan organ kandungan, gambaran yang didapatkan lebih akurat.
Bagi yang belum berhubungan seks, deteksi kanker ovarium bisa dilakukan dengan USG perut. Namun akurasinya tidak setinggi USG transvaginal. Meski demikian, nantinya dokter yang bisa memutuskan metode terbaik untuk setiap individu.
Baca Juga:Kasus Covid-19 Filipina Capai Sejuta, Daftar Makanan Terburuk untuk GERD
Ada beberapa faktor yang membuat seseorang rentan terkena kanker ovarium, yakni angka paritas yang rendah, usia yang bertambah, gaya hidup buruk seperti merokok dan stres, endometriosis dan ada riwayat keluarga kanker ovarium atau payudara serta mutasi genetik (BRCA).